Sleman kembali ekspor salak setelah terhenti akibat pandemi
Sleman (ANTARA) - Petani di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali mengekspor salak pondoh yang merupakan komoditas unggulan Sleman setelah sempat terhenti karena berbagai kendala sebagai dampak pandemi COVID-19.
"Kami kembali dapat mengekspor salak setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. Kali ini ekspor salak dengan tujuan Kamboja," kata Suroto, ketua Paguyuban Petani Salak Pondoh yang tergabung pada CV Mitra Turindo sebagai eksportir salak pondoh di Sleman, Jumat.
Menurut dia, ekspor salak sudah dilakukan sejak 2017 sebanyak 150 ton. Kemudian pada 2018 meningkat 350 ton dan 2019 mampu mengekspor 650 ton.
"Namun pada 2020, ketika pandemi COVID-19 mulai melanda Indonesia, ekspor buah salak menurun menjadi 160 ton saja karena terkendala terbatasnya transportasi untuk ekspor dan perlahan pada 2021 sudah dapat melakukan ekspor kembali melalui jalur laut," katanya.
Ia mengatakan, pada tahun 2021 ini perlahan-lahan bisa kembali mengekspor salak ke Kamboja sebanyak 5 ton per minggu dengan kapal laut. "Harapannya jalur udara segera dibuka sehingga ekspor dapat meningkat kembali," katanya.
Suroto mengatakan, selain kendala transportasi, kendala lainnya dalam pemenuhan kebutuhan ekspor adalah semangat petani salak yang mulai menurun di Kabupaten Sleman.
"Kami mohon pemerintah daerah maupun dinas terkait untuk membuat program-program yang dapat meningkatkan kembali semangat pertanian salak di Sleman," katanya.
Ekspor salak pondoh Sleman ke Kamboja dilepas langsung oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa bersama Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto didampingi Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono pada Kamis 26 Agustus 2021.
Pelepasan secara simbolis dilakukan dengan pemecahan kendi di Kantor CV Mitra Turindo, Imorejo, Wonokerto, Turi.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan bahwa buah salak menjadi salah satu ikon Kabupaten Sleman.
Menurut dia luas lahan pertanian salak di Kapanewon Turi, Tempel dan Pakem saat ini kurang lebih 3.000 hektare dan yang masih aktif berkisar 1.500 hingga 2.000 hektare.
"Dari luas lahan tersebut digarap oleh 34 kelompok petani salak," katanya.
Danang mengatakan dengan aktivitas ekspor ini diharapkan mampu membangkitkan lagi semangat petani salak di Sleman.
"Ekspor salak ini saya harap dapat kembali mendekatkan petani untuk bersemangat meningkatkan produktivitas salak, jika nanti dibutuhkan peremajaan, pendampingan dan lainnya kami (Pemkab Sleman) bersama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY siap," katanya.
"Kami kembali dapat mengekspor salak setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. Kali ini ekspor salak dengan tujuan Kamboja," kata Suroto, ketua Paguyuban Petani Salak Pondoh yang tergabung pada CV Mitra Turindo sebagai eksportir salak pondoh di Sleman, Jumat.
Menurut dia, ekspor salak sudah dilakukan sejak 2017 sebanyak 150 ton. Kemudian pada 2018 meningkat 350 ton dan 2019 mampu mengekspor 650 ton.
"Namun pada 2020, ketika pandemi COVID-19 mulai melanda Indonesia, ekspor buah salak menurun menjadi 160 ton saja karena terkendala terbatasnya transportasi untuk ekspor dan perlahan pada 2021 sudah dapat melakukan ekspor kembali melalui jalur laut," katanya.
Ia mengatakan, pada tahun 2021 ini perlahan-lahan bisa kembali mengekspor salak ke Kamboja sebanyak 5 ton per minggu dengan kapal laut. "Harapannya jalur udara segera dibuka sehingga ekspor dapat meningkat kembali," katanya.
Suroto mengatakan, selain kendala transportasi, kendala lainnya dalam pemenuhan kebutuhan ekspor adalah semangat petani salak yang mulai menurun di Kabupaten Sleman.
"Kami mohon pemerintah daerah maupun dinas terkait untuk membuat program-program yang dapat meningkatkan kembali semangat pertanian salak di Sleman," katanya.
Ekspor salak pondoh Sleman ke Kamboja dilepas langsung oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa bersama Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto didampingi Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono pada Kamis 26 Agustus 2021.
Pelepasan secara simbolis dilakukan dengan pemecahan kendi di Kantor CV Mitra Turindo, Imorejo, Wonokerto, Turi.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan bahwa buah salak menjadi salah satu ikon Kabupaten Sleman.
Menurut dia luas lahan pertanian salak di Kapanewon Turi, Tempel dan Pakem saat ini kurang lebih 3.000 hektare dan yang masih aktif berkisar 1.500 hingga 2.000 hektare.
"Dari luas lahan tersebut digarap oleh 34 kelompok petani salak," katanya.
Danang mengatakan dengan aktivitas ekspor ini diharapkan mampu membangkitkan lagi semangat petani salak di Sleman.
"Ekspor salak ini saya harap dapat kembali mendekatkan petani untuk bersemangat meningkatkan produktivitas salak, jika nanti dibutuhkan peremajaan, pendampingan dan lainnya kami (Pemkab Sleman) bersama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY siap," katanya.