Awas, duduk lama tanpa diimbangi gerakan berpotensi terkena saraf terjepit

id saraf terjepit,Duduk lama tanpa diimbangi gerakan,Duduk lama berpotensi terkena saraf terjepit,terkena saraf terjepit

Awas, duduk lama tanpa diimbangi gerakan berpotensi terkena saraf terjepit

dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan tulang belakang Eka Hospital BSD Tangerang Selatan, dr. Asrafi Rizki Gatam (kanan) didampingi Sheila Fiona selaku Coordinator Public & Media Relations Eka Hospital Group (kiri) memberikan penjelasan mengenai penyakit saraf terjepit dalam Talking Points Media Gathering, Rabu. ANTARA/Irfan

Tangerang (ANTARA) - Duduk di kursi dalam waktu lama tanpa diimbangi dengan gerakan maupun olahraga akan berpotensi terkena Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau saraf terjepit.

"Pekerja kantoran menghabiskan sebagian waktunya duduk di kursi, di mana ini bisa menaruh lebih banyak kompresi pada tulang belakang dibandingkan pada saat berdiri. Ini juga bisa terjadi saraf terjepit," kata dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan tulang belakang Eka Hospital BSD Tangerang Selatan, dr. Asrafi Rizki Gatam di Tangerang, Banten Rabu.

Ia menyarankan kepada masyarakat yang banyak bekerja menghabiskan waktu dengan duduk agar mengimbangi dengan gerakan. "Jika sudah duduk selama 1,5 jam maka bergerak selama 15 menit," ujarnya.

Ia mengatakan ciri dan gejala penyakit saraf kejepit sangat khas, yaitu adanya nyeri yang menjalar dari leher sampai ke tangan, terasa kebas, kesemutan, terasa terbakar, hingga sensasi kesetrum yang sifatnya terus-menerus dan tidak hilang dalam jangka waktu yang panjang.

Secara umum, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena saraf terjepit seperti usia semakin tua, berat badan dan riwayat keluarga pernah mengalami saraf terjepit.

"Saraf kejepit dapat terjadi pada hampir setiap bagian tulang seperti kaki hingga leher, namun biasanya paling sering terjadi pada tulang punggung bagian bawah. Saraf kejepit dapat menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, hingga kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu atau kedua kaki," ujarnya.

Ia menjelaskan, saraf terjepit merupakan sebuah kondisi ketika tulang belakang menerima tekanan berlebih sehingga menyebabkan bantalan yang terletak di antara tulang belakang mengalami kerusakan.

"Sekitar 70-80 persen kasus saraf terjepit terjadi akibat dari kelemahan otot, yang dimana ini terjadi karena seseorang jarang melatih ototnya dengan berolahraga," ujarnya.

Mengatasi saraf terjepit kini sudah dimudahkan dengan adanya kemajuan metode dan teknologi untuk mengatasi masalah tulang belakang seperti low back pain dan saraf terjepit yaitu melalui endoskopi tulang belakang.






Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Duduk lama tanpa diimbangi gerakan berpotensi terkena saraf terjepit