Layanan baik, Ardi tak ragu jalani rawat inap di klinik

id BPJS kesehatan,Yogyakarta

Layanan baik, Ardi tak ragu jalani rawat inap di klinik

Ardi Mulya Wibawa, peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) asal Bantul (ANTARA/HO-BPJS Kesehatan)

Yogyakarta (ANTARA) - Rawat inap kerap kali dianggap sebagai layanan yang hanya tersedia di rumah sakit. Namun, layanan ini juga bisa diberikan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), seperti klinik atau puskesmas, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Ardi Mulya Wibawa, peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) asal Bantul, memilih menjalani rawat inap di FKTP tanpa ragu.

"Saya masuk rawat inap karena leukosit tinggi. Setelah cek darah, ternyata infeksi saluran kemih dan akhirnya dokter menganjurkan rawat inap di sini. Kalau rawat inap di klinik bukan hal yang baru bagi saya pribadi. Dulu waktu saya tinggal di Semarang, FKTP saya juga seperti ini, ada layanan rawat inapnya," ujar Ardi saat menjalani perawatan di Klinik Pratama Qanita Jotawang, Rabu (12/02).

Menurut Ardi, rawat inap di FKTP justru memberikan kenyamanan tersendiri. Ruangan rawat inap yang memiliki sekat membuatnya tidak bercampur dengan pasien lain, sehingga ia bisa lebih nyaman selama perawatan.

"Kalau saya lebih suka dirawat di klinik karena ruangannya disekat, jadi kita ada privasi sendiri. Saya di kamar sendiri, tidak campur dengan pasien lain. Kalau saya pribadi lebih suka yang lebih sepi dan tidak bercampur dengan banyak orang," ungkapnya.

Selain kenyamanan, Ardi menilai pelayanan yang diberikan juga sudah sangat baik.

"Perawat hingga dokter memberikan informasi yang lengkap. Obat-obatan juga diberikan dan dijelaskan oleh tenaga kesehatan di sini. Untuk sarana prasarana, menurut saya, untuk rawat inap di FKTP mendapat fasilitas seperti ini, bersih dan nyaman, saya rasa sudah baik," katanya.

Sebelum menjalani rawat inap, Ardi sempat memanfaatkan kepesertaan JKN untuk mengobati nyeri pada kakinya.

Ia bahkan harus kontrol beberapa kali untuk mengetahui penyebab pasti nyeri tersebut. Untuk mendaftar layanan di fasilitas kesehatan, ia menggunakan antrean online melalui Aplikasi Mobile JKN.

"Akhir Desember lalu ada sakit di kaki, seperti nyeri linu semacam itu. Awalnya dari tidak sengaja menginjak tutup botol, agak terkilir, kemudian kontrol ke Klinik Qanita ini sekitar tiga kali. Itu semua juga pakai jaminan JKN. Sebelum ke klinik, saya biasanya sudah ambil antrean lewat Aplikasi Mobile JKN, sehingga lebih cepat dan mudah. Jam berobat dan jadwal dokternya sudah ada di aplikasi," ceritanya.

Ardi sendiri terbilang jarang memanfaatkan kepesertaan JKN, meskipun iurannya terus berjalan.

Baginya, hal tersebut bukan masalah karena sejak awal ia memahami bahwa prinsip Program JKN adalah gotong royong. Iuran yang ia bayarkan bisa membantu peserta lain yang membutuhkan pengobatan.

Terlebih lagi, keluarganya sudah merasakan manfaat besar dari program ini.

"Kalau dari saya pribadi merasa sangat terbantu dengan Program JKN ini. Sebelumnya, bapak saya juga sakit komplikasi. Bapak ada komplikasi gula, kemudian lari ke ginjal dan sempat cuci darah. Semua itu kalau tidak dijamin JKN pasti menghabiskan banyak biaya. Sangat, kami sangat terbantu," kata Ardi.

Ia berharap Program JKN dan BPJS Kesehatan akan terus ada karena telah membantu banyak orang meraih kembali kesehatannya tanpa harus khawatir akan biaya pengobatan.

"Banyak orang yang sudah terbantu dengan Program JKN. Menurut saya, asuransi terbaik untuk di Indonesia memang BPJS Kesehatan," tutupnya.