Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah membentuk kader pengawas perikanan swadaya di masing masing kecamatan guna menggiatkan gerakan penyelamatan lingkungan hidup khususnya perairan umum yang menjadi habitat dan ekosistem ikan.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih pada pengarahan dalam kegiatan Pembinaan Teknis dan Pengukuhan Kader Pengawas Perikanan Swadaya di Bantul, Kamis, mengatakan pentingnya kader pengawas perikanan swadaya sebagai ujung tombak penyelamatan lingkungan di tingkat masyarakat.
"Apresiasi kepada seluruh kader pengawas yang bersedia terlibat dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Harapannya ini menjadi tonggak awal bagi gerakan yang lebih luas dalam memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan menjaga sumber daya alam di Bantul," katanya.
Bupati Bantul juga berharap para kader pengawas perikanan akan menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam memberikan edukasi, melakukan pengawasan, dan memelopori konservasi di lapangan.
Lebih lanjut Bupati mengatakan kondisi lingkungan hidup, khususnya perairan umum di Bantul makin memprihatinkan. Kondisi itu berdampak pada populasi ikan di sungai-sungai utama mengalami penurunan drastis akibat praktik penangkapan ikan yang merusak.
"Saya ingin tegaskan jangan ada lagi genosida ikan di sungai-sungai kita. Potas, setrum, dinamit semuanya adalah metode penghancuran massal yang membunuh seluruh ekosistem perairan. Ini berbahaya dan harus kita hentikan bersama," katanya.
Dia juga mengatakan, bahwa Bantul adalah wilayah hilir dari hampir seluruh sungai besar di DIY, termasuk Kali Oya, Opak, Code, Bedog, Winongo, dan Progo. Sungai-sungai tersebut dulunya menjadi sumber protein masyarakat dan habitat bagi beragam ikan endemik, namun tidak saat ini.
"Dulu ikan wader, udang, dan ikan-ikan lokal melimpah di sungai kita. Sekarang, sudah sangat sulit ditemukan. Ini bukan lagi soal ekonomi, tetapi soal masa depan ekosistem kita," katanya.
Oleh karena itu, Bupati Bantul juga mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam melakukan restoking atau penebaran kembali bibit ikan di sungai.
"Disarankan agar masyarakat memilih ikan-ikan endemik lokal dan tidak menggunakan ikan predator seperti nila, yang bersifat invasif dan berpotensi mengancam keberlangsungan spesies asli," katanya.
