Jogja (Antara Jogja)-Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi mendukung peningkatan aktivitas ekspor para pengusaha mebel atau kerajinan kayu lainnya di daerah setempat.
"Jujur kami diuntungkan, memang momen ini akan menjadi pengganti kerugian kami yang kemarin,"kata Sekretaris Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Daerah Istimewa Yogyakarta, Endro Wardoyo di Yogyakarta, Rabu.
Endro mengakui fenomena tersebut menjadi angin segar setelah kalangan pengusaha mebel di DIY selama ini terbebani mahalnya bahan baku mebel akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Terkait hal itu, ia juga mengharapkan agar pemerintah dapat mempermudah serta mendukung aktivitas ekspor khususnya yang dilakukan oleh kalangan pengusaha mebel atau kerajinan kayu lainnya. Apalagi pada 2014 seluruh pengusaha kerajinan berbahan baku kayu wajib menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk melakukan ekspor ke negara-negara Eropa.
"Sekarang gejolak peningkatan penjualan ekspor memang belum terlalu terasa. Tapi kami yakin para pengusaha mebel seluruhnya akan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan tentunya mendapat dukungan dari pemerintah,"katanya.
Ia mengatakn hingga saat ini, meskipun belum mewakili keseluruhan, beberapa pengusaha kerajinan di Yogyakarta telah mengalami peningkatan ekspor mencapai 25 hingga 30 persen dari penjualan normal.
"Memang beberapa pengusaha sudah ada yang mendapatkan peningkatan order dari buyer luar negeri. Namun secara umum aktivitas produksi pengusaha mebel di DIY masih berlangsung normal,"katanya.
Sementara itu, meskipun merasa diuntungkan dengan kondisi tersebut, Ia mengharapkan agar penurunan nilai tukar rupiah tidak akan berlangsung lama sebab dikhawatirkan akan mengakibatkan dampak yang lebih kompleks.
Dengan penurunan nilai tukar rupiah yang terlalu lama, kata dia, konsemen atau buyer dari luar negeri dimungkinkan akan menuntut penyesuaian harga. Selain dalam skala yang lebih luas negara juga akan dirugikan.
"Kami tidak berpikir kelompok saja, sebab selain ada yang dirugikan yakni para importir, secara umum apabila nilai tukar rupiah terus anjlok perekonomian negara ini juga akan bangkrut,"kata salah satu eksportir di DIY ini menambahkan.
(.KR-LQH)
Berita Lainnya
Pemkab Bantul: Jamaah calon haji diberangkatkan dalam lima kloter
Jumat, 10 Mei 2024 18:29 Wib
DPKP DIY: Stok hewan kurban mencukupi
Jumat, 10 Mei 2024 11:06 Wib
DIY menyiapkan rencana manajemen risiko bencana di Sumbu Filosofi
Kamis, 9 Mei 2024 22:41 Wib
DPKP DIY memantau kesehatan hewan jelang Idul Adha 2024
Rabu, 8 Mei 2024 22:18 Wib
BPBD DIY tidak perpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi
Rabu, 8 Mei 2024 13:24 Wib
Sri Sultan HB X optimistis kabupaten/kota mampu kelola sampah mandiri
Rabu, 8 Mei 2024 0:05 Wib
Masyarakat DIY diimbau panen air hujan antisipasi kekeringan
Rabu, 8 Mei 2024 0:04 Wib
Komisi A DPRD DIY dukung pemda tingkatkan anggaran kampung tangguh bencana
Selasa, 7 Mei 2024 12:12 Wib