Pemkab Kulon Progo keluarkan status darurat kekeringan

id darurat bencana kekeringan

Pemkab Kulon Progo keluarkan status darurat kekeringan

Ilustrasi, kekeringan lahan persawahan. (Foto ANTARA)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluarkan Surat Keputusan tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan karena beberapa wilayah sudah mengalami krisis air bersih.

"Pemkab Kulon Progo menyediakan anggaran Rp1 miliar untuk penanganan masalah kekeringan," kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Sabtu.

Menurut dia, status siaga bencana ini sangat penting untuk dikeluarkan supaya penanganan lebih cepat dan anggaran penanganannya mudah diakses.

"SK dengan Nomor 293/A/2015 itu kami keluarkan karena kemarau panjang yang menyebabkan keringnya sumber mata air di Perbukitan Menoreh. Kami rasa, hal ini sangat mendesak supaya penanganannya lebih cepat," kata Hasto.

Ia mengatakan wilayah terjadi krisis air bersih paling parah yakni Kecamatan Girimulyo, Samigaluh dan Kokap. Tiga kecamatan kondisinya sudah tidak ada sumber mata air yang bisa diakses masyarakat, sehingga membutuhkan droping air dari tagana, PDAM dan BPBD Kulon Progo.

"Masyarakat di tiga kecamatan tersebut membutuhkan bantuan air bersih, khususnya di Kecamatan Girimulyo dan Samigaluh. Hal ini disebabkan kedua kecamatan itu belum tersentuh jaringan air bersih dari PDAM," kata Hasto.

Politisi muda PDI Perjuangan tersebut mengatakan juga akan mencarikan bantuan dari pihak ketiga supaya membantu pemkab mengatasi masalah ini.

Selain itu, Pemkab Kulon Progo akan melakukan pemompaan air dari sumber air di Banjaroyo. Saat ini, sumber air yang memanfaatkan Sungai Progo tersebut debit air yang diangkat sudah mencapai 50 liter per detik.

"Kami akan bekerja sama dengan pihak ketiga, bahkan sudah ada yayasan yang akan membantu pemompaan air di Purwosari," kata dia.

Kepala BPBD Kulon Progo Untung Waluyo mengatakan berdasarkan prakiraan BMKG Yogyakarta, musim kemarau tahun ini akan panjang. Kemungkinan akan berlangsung hingga November. Bencana kekeringan sudah terasa sejak Juli. Warga mulai meminta droping air bersih untuk masjid atau mushala dan hajatan.

"Berdasarkan data kekeringan pada 2014, titik kekeringan ada 118 titik. Sekarang, yang sebelumnya tidak masuk wilayah kekeringan, tahun ini telah mengajukan permintaan air. Seperti Kecamatan Lendah, sebagian masyarakatnya mengajukan droping air bersih," katanya.

(KR-STR)