Yogyakarta (Antara) - Sekitar seribu siswa SMA/SMK se-Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan ikrar anti-kekerasan, anti-radikalisme, serta berkomitmen menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan Kebhinekaan di GOR Amongrogo, Kota Yogyakarta, Kamis sore.
Ikrar itu bersama-sama dibacakan dalam acara yang diselenggarakan Polda DIY dengan tema "Momentum Hari Kebangkitan Nasional Membangkitkan Tekad Pelajar se-DIY dalam menjaga Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Pendidikan, Kota Pariwisata, dan City of tolerance".
"Momentum Hari Kebangkitan Nasional ini kita manfaatkan untuk mencegah, menanggulangi adanya tawuran, klitih, dan tindak kekerasan lainnya termasuk radikalisme," kata Kapolda DIY Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Dofiri dalam sambutannya.
Menirut Dofiri, Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota budaya, kota pendidikan, serta kota pariwisata sudah selayaknya memberi contoh bagi kota-kota lainnya dalam mencegah berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.
"Dengan ikrar ini mari kita bangkit dari keterpurukan masa lalu yang selama ini terjadi di kalangan pelajar seperti klitih dan kekerasan lainnya," kata dia.
Menurut Dofiri, upaya mengatasi masalah klitih, tawuran, serta radikalisme di kalangan pelajar merupakan tanggung jawab bersama masyarakat, guru, dan kepolisian. Saat ini, menurut Dofiri, kepolisian telah meluncurkan program satu sekolah dua polisi (SSDP). "Kami polisi ada di sekolah tidak untuk memata-matai tetapi untuk mencegah kekerasan di sekolah," kata Dofiri.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda DIY Sulistyo mengapresiasi ikrar anti-radikalisme dan kekerasan yang diselenggarakan Polda DIY.
Menurut dia, acara ikrar itu merupakan momentum untuk mengamankan nilai moralitas untuk generasi remaja di Yogyakarta.
Sulistyo mengatakan Yogyakarta harua tetap menjadi kota yg menjunjung tinggi toleransi. Kasus-kasus yang mengatasnamakan kelompok mayoritas harus segera diselesaikan untuk melestarikan situasi yang kondusif di Yogyakarta.
"Yogyakarta tidak ingin menjadi kota yang penuh dengan kekerasan. Tidak akan terwujud kerukunan jika selalu ada konflik akibat perbedaan paham serta pendapat," kata dia.
(L007)
Berita Lainnya
Gim mengandung kekerasan-rusak moral bangsa disorot
Jumat, 26 April 2024 8:01 Wib
Rektor UNU Gorontalo: Saya tak melakukan kekerasan seksual
Minggu, 21 April 2024 10:54 Wib
Segera selesai, Perpres Perlindungan Anak dari game online
Kamis, 18 April 2024 4:16 Wib
Pengaruhi perilaku anak, pemerintah diminta bersihkan gim berunsur kekerasan
Jumat, 12 April 2024 21:25 Wib
Pemerintah diminta blokir "game online" mengandung kekerasan
Selasa, 9 April 2024 2:37 Wib
Psikolog UGM sebut pelaku kekerasan anak cenderung punya gangguan mental
Jumat, 5 April 2024 0:03 Wib
Atasi krisis Haiti, Kanada latih tentara CARICOM
Minggu, 31 Maret 2024 17:03 Wib
Hak asasi warga terampas di Haiti
Jumat, 29 Maret 2024 11:40 Wib