Dinas Ketahanan Pangan lakukan inovasi gaplek

id inovasi gaplek

Dinas Ketahanan Pangan lakukan inovasi gaplek

Gaplek Gunung Kidul Petani gaplek Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memungut gaplek yang telah kering ()

Jogja (ANTARA Jogja) - Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan inovasi dan modifikasi gaplek menjadi komoditas unggulan yang memiliki nilai jual tinggi.

"Kami melakukan pemberdayaan dan pendampingan terhadap petani gaplek di Gunung Kidul untuk memaksimalkan tanaman singkong menjadi gaplek dan menjadi produk unggulan yakni tiwul instan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura, Supriyadi di Gunung Kidul, Kamis.

Ia mengatakan, pusat penghasil gaplek yakni Kecamatan Rongkop, Palihan dan Tepus. Hasil produksi singkong di tiga kecamatan ini sangat banyak yang mencapai puluhan ribu ton setiap kali panen.

Untuk membuat nilai tambah pada gaplek, kata Supriyadi, di Kecamatan Palihan dan Tepus ada dua unit pabrik mokaf tiwul instan.

"Kedua unit ini membeli gaplek dari petani dengan harga berkisar Rp1.400 hingga Rp2.300 per kilogram. Setelah itu, gaplek diproduksi menjadi mokaf yakni tiwul instan dipasarkan ke berbagai daerah," kata dia.

Ia mengatakan, banyak pengusaha Gunung Kidul yang secara mandiri mengekspor gaplek ke Luar Negeri seperti China dan Korea sebagai bahan baku alkohol.

"Kami mendukung ekspor gaplek, dalam rangka membuat harga gaplek tingkat petani meningkat. Ada perusahaan indofood yang memproduksi mokaf sudah berhenti karena kalah bersaing," kata dia.

Sebelumnya, pemilik pengusaha "Gaplek Budi Wijaya", Budi Wijaya mengatakan, China dan Korea merupakan negara yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi tujuan ekspor gaplek. Saat ini, gaplek Gunung Kidul masih bersaing dengan produksi Vietnam dan Thailand.

"Di wilayah Asia Tenggara, Indonesia, Vietnam dan Thailand, merupakan penghasil gaplek terbesar. Kalau harganya sesuai permintaan mereka, berapa pun gaplek yang ada disini mereka beli," kata Budi.

Ia mengatakan, selain permintaan dari China dan Korea, permintaan dari Jakarta juga sangat banyak. Untuk wilayah Jakarta sebagai bahan makan sapi, perikanan, peternakan ayam. Setiap bulan mereka minta kiriman gaplek sedikitnya 20 ton.

"Permintaan gaplek dalam negeri masih sangat sedikit. Pasar lokal tidak potensial untuk pemasaran gaplek," kata dia.

(KR-STR)