Harga gaplek di Gunung Kidul melambung

id Gaplek

Harga gaplek di Gunung Kidul melambung

Gaplek Gunung Kidul Petani gaplek Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memungut gaplek yang telah kering (Foto Antara/Mamiek).

Gunung Kidul (Antaranews Jogja) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat harga ketela pohon kering atau disebut gaplek sebesar Rp3.500 per kilogram tertinggi sejak beberapa tahun terakhir.
     
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnubroto di Gunung Kidul, Senin, mengatakan pada 2018, harga gaplek mengalami kenaikan tertinggi dalam sejarah.
     
"Biasanya tingkat petani hanya laku Rp500 hingga Rp2.500 per kilogram. Saat ini, harga gaplek berkisar Rp3.200 sampai Rp3.500 per kilogram. Harga itu tertinggi yang pernah ada, biasanya gak pernah sampai," katanya.
     
Ia mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga gaplek mahal. Adapun diantaranya produksi menurun karena faktor rendahnya hujan saat musim tanam 2018. Saat itu, hujan di Gunung Kidul sampai April 2018 sehingga umbi belum membesar.
   
Tahun ini, produksi gaplek diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 15 persen dibanding tahun lalu. Pada tahun lalu produksi ubi kayu mencapai 924,751 ton dengan luas panen 49.478 hektare.
     
Sementara prediksi produksi tahun ini hingga Desember hanya 780.307 ton atau mengalami penurunan sekitar 15 persen. 
     
"Musim tanam ketela pada bulan November sampai Desember 2017, setelah itu hujan berhenti bulan April 2018. Praktis kurang air, sehingga umbi kecil. Selain itu, sebagian masyarakat kita sudah mulai mengolah gaplek menjadi tepung mocaf dengan harga jual Rp8000 sampai Rp12.000 perkilogram," ucapnya.
     
Seorang pengepul gaplek di Mijahan, Semanu Andi Wijaya mengatajan wilayah penghasil ubi kayu terbesar adalah zona selatan Gunung Kidul. Nantinya gaplek akan dikirim ke Surabaya melalui jalan darat.
   
"Kalau harga pasar dan di desa-desa Rp3.200-an per kilogram," ucapnya.