Gunung Kidul (ANTARA) - Perajin pandai besi di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan kenaikan harga bahan baku besi bekas.
"Sekarang harga besi bekas per kilogramnya sudah mencapai Rp 7.500 dan harganya terus menerus naik," kata salah satu pandai besi, Tugino di Gunung Kidul, Minggu.
Kenaikan harga bahan baku berupa besi, kata dia, sudah dirasakan perajin sejak menjelang Lebaran. Sementara, harga barang yang mereka hasilkan seperti sabit, garu dan gathul tetap tidak mengalami kenaikan.
"Kalau kami menaikkan hasil produksi kami berupa sabit dan gathul, pasti tidak laku. Karena pembeli hasil buatan kami adalah petani yang pendapatannya tidak tinggi," kata Tugino.
Kata dia, harga besi per kilogram, sempat mencapai Rp 6 ribu. Tapi hanya berlangsung satu minggu, dan setelah Lebaran, harga besi terus melambung.
Selama proses produksi, Tugino mengaku menghabiskan sebanyak dua karung arang, sebagai pelebur bijih besi. Sementara, untuk proses produksi, ia menghabiskan sekitar 45 kilogram besi bekas perharinya.
"Kendala saat ini, harga besi naik dan upah tenaga naik namun harga jual alat tetap," kata dia.
Dalam sehari, kata dia, mampu membuat alat pertanian sebanyak 40 biji perharinya. Alat tersebut terdiri dari sabit, gathul dan garpu.
"Pesanan paling banyak di daerah Delanggu, dan Prambanan, Klaten. Kami mengirimnya setiap pasaran Legi," kata dia.
Salah satu buruh pandai besi, Suwarno (44) mengatakan harga sebuah garpu Rp15 ribu, satu buah sabit Rp 20 ribu, dan gathul Rp 10 ribu.
"Harganya masih tetap meski harga bahan baku mengalami kenaikan," kata Suwarno.
(KR-STR)