Warga Jembrana hidupkan lagi tradisi "makepung"

id warga jembrana hidupkan lagi

Warga Jembrana hidupkan lagi tradisi "makepung"

"Makepung" atau tradisi pacuan kerbau di Jembrana, Bali (Foto jembranakab.go.id)

Negara (ANTARA Jogja) - Warga Desa Kaliakah, Kabupaten Jembrana, Bali, menghidupkan lagi tradisi pacuan kerbau atau "makepung" di atas lahan basah.

"Sebelum makepung populer seperti sekarang, masyarakat menggelarnya di atas lahan basah pada 1930-an," kata Mangku Ketut Lega, sesepuh Dusun Peh, Desa Kaliakah, Senin.

Makepung saat ini biasa digelar di atas lahan kering. Padahal dulunya di atas lahan basah untuk mempermudah penggarapan lahan pertanian.

Atribut yang dikenakan joki berbeda dengan makepung tanah kering yang lebih semarak. Joki makepung di lahan basah hanya mengenakan udeng atau penutup kepala khas Bali.

Sementara kerbau yang digunakan tetap dihiasi berbagai atribut, khususnya pada bagian kepala dan tanduknya.

Mangku Ketut Lega mengungkapkan, makepung basah ini diawali rasa iseng dari petani yang dahulu kala membajak bersama-sama pada satu areal sawah.

"Dulu, karena sawahnya luas dan belum ada traktor, petani biasanya membajak sawah bersama-sama. Saat itulah muncul keisengan untuk beradu cepat kerbau penarik bajak," ujarnya.

Karena dianggap tradisi yang unik dan sudah jarang dilakukan, Mangku berharap, perlombaan makepung di lahan pertanian yang basah dan penuh lumpur ini bisa dilakukan setiap tahun.

Menurut dia, waktu yang tepat untuk penyelenggaraan lomba ini adalah pada bulan November yang merupakan masal awal tanam bagi petani.

Dalam makepung ini, lintasan yang digunakan adalah areal persawahan basah dengan panjang sekitar 125 meter dengan tiga hingga empat pasang kerbau diadu dalam satu putaran.

Lahan yang berlumpur itu membuat pertandingan menjadi lebih seru karena joki kerap jatuh dan berkubang lumpur.

Untuk penilaian pemenang, tidak hanya ditentukan oleh kerbau yang berhasil sampai duluan di garis finish, tapi juga ditentukan oleh lurusnya lari kerbau serta posisi kepala yang harus mendongak ke atas.

Wayan Suama, kerbau berharap, tradisi ini bisa dikembangkan sehingga bisa sejajar dengan makepung di tanah kering.

Tradisi pacuan kerbau makepung di Kabupaten Jembrana merupakan tradisi masyarakat agraris, yang khusus untuk makepung dengan lintasan di jalanan kering, sudah sangat dikenal di Bali bahkan mancanegara.

Setiap tahun Pemkab Jembrana menyelenggarakan, lomba makepung di tanah kering yang diikuti ratusan pasang kerbau.

(KR-GBI)