Sleman (Antara Jogja) - Kelompok Tani Mulyo Mukti, Desa Hargobinangun, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar upacara adat tradisi "wiwit" dan kirab budaya,Senin, untuk mengawali panen raya padi.
"Upacara adat `wiwit` dan kirab budaya kemudian dilanjutkan dengan potong tumpeng ini sebagai rasa syukur atas hasil panenan yang baik," kata Ketua kelompok tani (klomtan) Mulyo Mukti Muhammad Sukardi.
Menurut dia, kelompok tani Mulyo Mukti beranggotakan aktif 28 orang dan anggota pasif 25 orang dengan luas wilayah lahan sawah 16 hektare dan pekarangan tiga hektare.
"Pola tanam yang digunakan padi-padi-padi seluas lima hektare, padi-padi-polowijo enam hektare, padi-padi-sayuran empat dan padi-sayuran-sayuran seluas satu hektare.," katanya.
Ia mengatakan, panen raya padi varietas Ciherang di bulak Pelem Harjobinangun Pakem yang berlangsung hari ini cukup baik dengan rata-rata per hektar mencapai 8,7 ton.
"Hasil tersebut berkat sistim tanam dan pemupukan yang benar sesuai dengan anjuran dari Dinas Pertanian , Perikanan dan Kehutanan kabupaten sleman. Dari lahan satu hektare yang merupakan Demplot SLPTT, tersebut dengan sistim tanam Tajarwo 2:1, tajarwo 3:1, tajarwo 4:1. tajarwo 5:1 dan tajarwo 6:1," katanya.
Ia mengatakan, dengan sistem tersebut ternyata memudahkan perawatan, misalnya dalam pemupukan tidak harus menginjak tanaman karena bisa lewat got atau "kalenan".
"Disamping itu dengan sistem pemupukan yang benar misalnya dengan pupuk organik, pupuk Urea dan Phonska dengan perbandingan sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan kehutanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo, mengatakan dengan hasil yang bagus tersebut petani patut bersyukur, syukur tersebut tidak hanya dengan doa, namun dengan bekerja dan menggarap lahan dengan lebih baik lagi.
"Dengan hasil ubinan yang cukup baik tersebut ke depan perlu ditingkatkan ladi baik dengan sistem penanaman dan pemupukannya sesuai dengan anjuran," katanya.
Ia mengatakan, untuk merubah baik pola tanam dan pemupukan tersebut memang sesuatu yang tidak mudah, perlu waktu tidak seperti membalikkan telapak tangan tetapi perlu ketelatenan.
"Petani yang selama ini beranggapan bahwa tanaman padi adalah tanaman air, itu tidak benar, yang benar tanaman yang memang butuh air tetapi tidak harus selamanya direndam atau dioncori," katanya.
Menurut dia, petani juga perlu mengetahui bahwa biasanya petani kalau tanam terlalu dalam dengan anggapan akan lebih kuat.
"Hal tersebut sebenarnya tidak benar, tanam yang baik dan dianjurkan justru tanam jangan terlalu dalam cukup dua senti meter, dengan tanam yang tidak terlalu dalam justru anaknya akan banyak dan akarnya kuat dan tidak mudah roboh," katanya.
Riyadi mengatakan, yang juga perlu diperhatikan bahwa adanya parit /got sangat dibutuhkan karena tanaman padi juga perlu dikeringkan dan biasaanya dapam pemupukan tidak memerlukan air.
"Di samping itu dengan pola tanam tajarwo maka dalam perawatan akan lebih mudah baik dalam pemupukan maupun penyemprotan," katanya.
(V001)
Berita Lainnya
Dinas Pertanian Kulon Progo bagikan pompa air untuk amankan tanaman padi
Rabu, 15 Mei 2024 17:55 Wib
Bupati Sleman sebut petani pahlawan ketahanan pangan
Selasa, 14 Mei 2024 18:26 Wib
BRIN: Petani disarankan percepat tanam padi
Jumat, 3 Mei 2024 17:36 Wib
Tanaman padi seluas 570 hektare di Kulon Progo diasuransikan
Kamis, 18 April 2024 14:43 Wib
Dinas Pertanian Gunungkidul mencatat luas panen padi 12.209 hektare
Jumat, 29 Maret 2024 22:48 Wib
Akibat banjir, ribuan hektare sawah di Jateng gagal panen
Rabu, 20 Maret 2024 7:48 Wib
Dapat ganti rugi, tanaman padi petani Jepara, Jateng, akibat banjir
Senin, 18 Maret 2024 18:00 Wib
Petani Demak, Jateng, korban banjir peroleh asuransi
Kamis, 14 Maret 2024 10:04 Wib