Peneliti: budaya dominan diperlukan redam konflik etnik

id budaya

Peneliti: budaya dominan diperlukan redam konflik etnik

Festival Komunitas Lima Gunung di kawasan Merapi (Foto Antara/Anis Efizudin) (antara)

Yogyakarta (Antara Jogja)-Indonesia masih senantiasa membutuhkan budaya dominan untuk meredam potensi konflik di tiap daerah, kata peneliti Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta,Endah Setyowati.

"Selama belum memiliki kedewasaan politik. Maka kita masih tetap membutuhkan budaya dominan untuk meredam potensi konflik antar etnik,"kata Endah dalam diskusi bertema "Koeksistensi Pribumi dan Tionghoa" di Yogyakarta, Selasa.

Kekuatan budaya dominan sebagai peredam konflik, ia mencontohkan, misalnya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Budaya dominan berupa budaya Jawa di DIY yang justru mampu mengayomi berbagai budaya pendatang serta tidak mendominasi yang lain.

"Di DIY berbagai etnik, budaya dapat hidup berdampingan. Konflik yang disebabkan isu etnik tidak pernah terjadi di DIY,"katanya.

Budaya Jawa tersebut, menurut dia, dapat diterima dan diikuti oleh budaya atau etnik lainnya, karena budaya Jawa sebagai budaya dominan di DIY tidak memberikan resistensi namun justru memberi kemudahan relasi interetnik yang ada.

"Kuatnya relasi interetnik akan memunculkan perdamaian,"katanya.

Berbagai daerah lain sering terjadi konflik, menurut dia, disebabkan tidak memiliki budaya dominan.

Kendati demikian, budaya dominan tersebut juga dikhawatirkan tidak lagi memberikan pengayoman apabila terjadi pergeseran di tingkat masyarakatnya.

"Contohnya anak-anak muda saat ini masih banyak yang tidak meneruskan budaya dominan yang ada, namun telah beralih mengonsumsi budaya lain yang lebih individualistik,"katanya.

(KR-LQH)