Kulon Progo (Antara Jogja) - Koperasi Serba Usaha Jatirogo di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kesulitan memenuhi permintaan gula semut dari buyer atau eksportir karena ada penurunan produksi di tingkat petani nira.
Manajer KSU Jatirogo Theresia Eko Setyowati di Kulon Progo, Selasa, mengatakan pemesan gula semut sangat banyak, tetapi ketersediaan produk tidak ada.
"Kemarau panjang berdampak pada produksi nira kelapa sehingga bunga kelapa yang pada awal hujan dapat tumbuh, tidak tumbuh dan mundur. Selain itu, bunga kelapa yang masih bisa berproduksi, hasilnya turun 60 persen," kata Eko.
Ia mengatakan produksi nira hanya cocok dibuat gula cetak, bukan gula semut karena kualitasnya kurang bagus dibuat gula semut. Kondisi cuaca kadang panas, kadang hujan ini menyebabkan produksi nira tidak bisa maksimal. Bahkan, saat ini hujan berhenti lama.
"Produksi gula semut di Kulon Progo turun drastis. Sehingga, petani nira paceklik pendapatan," kata dia.
Untuk itu, lanjut Eko, pihaknya sudah mengkomunikasikan kepada pihak partner bisnis, bahwa pihaknya tidak mampu memenuhi pesanan di atas lima ton. Kalau pun masih ada produk gula semut, hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri atau pasar lokal.
"Jumlah permintaan atau pemesanan lebih dari lima ton, kami mundurkan waktunya hingga Maret. Dengan harapan, hujan turun lebat, dan pohon kelapa berbunga dengan baik. Saat ini, kami fokus pada pemenuhan permintaan lokal yang jumlahnya tidak besar," katanya.
Terkat kenaikan harga gula semut, ia mengatakan tidak ada kenaikan. Hal ini disebabkan harga sudah ditetapkan melalui perjanjian. Selain itu, gula semut yang di ekspor dikenai pajak yang cukup besar. Sehingga, pihaknya tidak dapat menaikkan harga sesuka hati.
"Gula merah cetak ditingkat petani sudah mencapai Rp17 ribu hingga Rp18 ribu per kg. Namun, kami tidak bisa menaikkan harga gula semut, khususnya yang diekspor," katanya.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan negara yang memproduksi gula semut itu hanya Indonesia. Sehingga menjadi peluang bisnis yang besar.
Ketika, produk gula semut terkedala masalah sertifikat organik, dan barang menumpuk, menurit dia, pihak yang dirugikan adalah konsumen.
"Kami tidak rugi. Kami hanya mengalami kesulitan modal untuk membeli gula semut dari petani," katanya.
KR-STR
Berita Lainnya
Rejo Semut Ireng gelar Festival Kesenian Prabowo-Gibran di Gunungkidul
Jumat, 2 Februari 2024 23:01 Wib
Butuh waktu tiga hari Tohpati garap orkestra God Bless
Kamis, 22 Juni 2023 6:55 Wib
Unsoed bantu petani ekspor gula semut
Jumat, 27 Januari 2023 6:49 Wib
Hilangkan stres, Dikta sering mancing semut
Senin, 23 Januari 2023 5:21 Wib
Produk gula semut Kulon Progo memperoleh sertifikat CSQA dari Italia
Kamis, 17 November 2022 22:20 Wib
Kucuran kredit BRI membuat pengrajin gula semut tetap eksis
Senin, 16 November 2020 16:57 Wib
DPRD Kulon Progo mendukung petani berdayakan gula nira
Rabu, 13 Mei 2020 12:10 Wib
Semut jangkrik dan kecoa jadi cemilan seperti keripik
Kamis, 3 Oktober 2019 16:16 Wib