Angkudes di Sleman tersingkir kendaraan pribadi

id angkutan pedesaan

Sleman (Antara Jogja) - Angkutan pedesaan atau angkudes di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan beberapa jalur trayek ada yang hilang karena seiring berkurangnya armada dan sepinya penumpang.

"Jumlah angkudes di Sleman terus berkurang dari tahun ke tahun, mereka tidak mampu bertahan karena sepinya penumpang akibat semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi," kata Kepala Seksie Angkutan dan Terminal, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishukominfo) Kabupaten Sleman, Marjanto, Jumat.

Menurut dia, hingga akhir 2015 tercatat hanya ada 142 unit armada angkudes yang beroperasi. Jumlah tersebut terdiri 40 armada jenis bus kecil dan 102 mobil penumpang umum (MPU).

"Penurunan tersebut bisa terlihar di 2014 dimana terdapat 144 armada yang beroperasi (40 bus kecil dan 104 MPU) sedangkan pada 2013 dan 2012 ada 149 armada (46 bus kecil, 103 MPU)," katanya.

Ia mengatakan, pada 2010 dan 2011 masih ada 170 armada angkudes yang beroperasi.

"Bahkan pada 2009, tercatat masih ada 275 armada yang beroperasi," katanya.

Marjanto mengatakan, penurunan cukup banyak setelah 2009 itu karena ditutupnya beberapa rute trayek yang dinilai tidak lagi potensial.

"Saat ini, hanya ada sembilan jalur trayek aktif yang masih dilayani angkudes, antara lain trayek berkode A3, D6, D2, jalur 26, jalur 30, jalur 21, jalur 19, jalur 16, dan jalur 23. Sedangkan pada 2009 itu ada 15 trayek aktif yang dilayani," katanya.

Ia mengatakan, ada beberapa rute trayek yang saat ini sudah dilalui Transjogja meski belum menyeluruh.

"Sebenarnya sudah ada studi dari pemerintah untuk menjadikan angkudes sebagai `feeder` bagi Transjogja. Hanya saja, belum ada kelanjutannya secara konkrit," katanya.

Keberadaan angkudes ke depan, kata dia, diharapkan bisa menangkap penumpang Transjogja untuk diteruskan menyentuh jalan-jalan lebih kecil.

"Terutama menjangkau sekolah dan pasar di pelosok desa," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2024