Yogyakarta segera operasionalkan rumah kompos baru

id Sampah,Kompos

Yogyakarta segera operasionalkan rumah kompos baru

Ilustrasi-Pengolahan pupuk organik dari limbah kotoran sapi dan sampah di Desa Tamanmartani, Kalasan, Sleman. (Foto Antara/ Victorianus) (antara)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta segera mengoperasionalkan instalasi pengolahan sampah terpadu untuk pengolahan sampah organik menjadi kompos yang berada di Karang Miri.

"Bangunan berasal dari Pemerintah DIY dan sudah ada proses serah terima. Akan segera kami operasionalkan. Sekarang sedang dalam tahap mempersiapkan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Udi Santoso di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, fasilitas pengolahan sampah organik di Karang Miri sudah cukup lengkap dan diharapkan membantu mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Piyungan Bantul setiap hari.

Udi menyebut, dari sekitar 200 ton hingga 220 ton sampah yang dihasilkan setiap hari sekitar 60 persen hingga 70 persen merupakan sampah organik yang sebagian besar berasal dari rumah tangga.

Saat ini, proses pengolahan sampah organik dilakukan di Rumah Kompos Nitikan yang sudah mampu menghasilkan maksimal 10 ton kompos per bulan.

"Bahan baku kompos berasal dari sampah organik rumah tangga serta sisa-sisa pemangkasan pohon yang dilakukan DLH," katanya.

Sebagian besar kompos yang diproduksi oleh Rumah Kompos Nitikan tersebut dimanfaatkan untuk rukun warga (RW) atau kelompok tani yang mengajukan permintaan karena produksi pupuk masih terbatas.

"Kompos yang dihasilkan diberikan secara gratis kepada warga. Terkadang, kompos juga digunakan untuk memupuk taman," katanya.

Meskipun sudah memiliki Rumah Kompos, namun Udi tetap berharap peningkatan peran masyarakat untuk membantu mengurangi sampah yang dihasilkan dengan melakukan pemilahan sampah hingga penambahan jumlah bank sampah di wilayah.

Udi menyebut, pengolahan sampah organik membutuhkan lahan yang cukup luas. "Ini yang menjadi kendala karena di Yogyakarta tidak ada lahan yang luas," katanya.



(U.E013)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024