Kenaikan harga sembako di Yogyakarta masih wajar

id sembako

Kenaikan harga sembako di Yogyakarta masih wajar

Dua pedagang sembako berbincang saat menunggui dagangannya di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. FOTO ANTARA

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta mengemukakan bahwa harga sejumlah kebutuhan pokok di lima kabupaten/kota mengalami tren kenaikan, meski masih dalam batas kewajaran.

"Hasil pemantauan harga dan ketersediaan bahan pokok sejak awal Ramadhan atau Mei-Juni 2018 menyimpulkan kenaikan harga kebutuhan pokok memang terjadi tapi masih normal, masih dalam batas-batas kewajaran," kata Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY Sugeng Purwanto saat jumpa pers di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis.

Sugeng mengatakan kebutuhan pokok yang terpantau mengalami kenaikan harga adalah cabai rawit yang rata-rata naik mencapai 5,07 persen, diikuti daging ayam 2,34 persen, daging sapi 1,50 persen, bawang merah 1,06 persen, bawang putih 1,36 persen, kedelai 2,25 persen, dan garam 1,27 persen.

Meski sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga, namun menurut dia, berdasarkan pemantauan di tingkat distributor stok seluruh kebutuhan pokok tersebut tidak mengalami kelangkaan.

Seluruh stok aman, bahkan diperkirakan mampu mencukupi satu hingga dua bulan setelah Lebaran. "Stok di tingkat distributor semua mencukupi, tidak ada permainan harga," kata dia.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Tri Saktiyana mengatakan di antara seluruh kabutuhan pokok, daging ayam khususnya ayam kampung yang paling berpotensi mengalami kenaikan signifikan mencapai Rp200.000 hingga Rp250.000 per ekor saat Lebaran.

"Biasanya memang polanya untuk daging ayam meningkat seminggu sebelum hingga sesudah Lebaran," kata Tri.

Meski demikian, kata Tri, berdasarkan pemantauan Satgas Pangan, secara umum harga kebutuh pokok sekaligus persediaan bahan pokok di tingkat pedagang atau distributor masih aman dan terkendali. "Hingga saat ini kami juga belum menemukan adanya penimbunan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Perewakilan Bank Indonesia (KPBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Budi Hanoto meyakini laju inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Ramadhan tetap terkendali.

Meski demikian, menurut dia, peningkatan tekanan inflasi inti ke depan masih tetap perlu diwaspadai sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat ditengah musim libur Lebaran.

Untuk menahan laju inflasi, menurut dia, BI DIY akan melakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengajak masyarakat tidak melakukan konsumsi berlebihan dan menekan ekspektasi inflasi masyarakat.

"Yang penting jangan sampai ada `panic buying` atau main borong berlebihan," kata dia.