Ratusan pemanah ikuti "gladhen jemparingan" Kulon Progo

id Jemparingan

Ratusan pemanah ikuti "gladhen jemparingan" Kulon Progo

Wisatawan mencoba langsung belajar seni panahan tradisional jemparingan yang diajarkan oleh salah satu komunitas jemparingan di DIY. (Foto Antara)

Kulon Progo  (Antaranews Jogja) - Ratusan pemanah dari berbagai daerah mengikuti Gladhen Jemparingan Mataram Tingkat Nasional di Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu.
     
"Gladhe Jemparingan tahun ini luar biasa karena biasanya acara Gladhen Jemparingan diikuti oleh 300 sampai 400 pesertam namun sekarang ini ada 600 peserta. Artinya Kulon Progo sudah dilirik oleh banyak komunitas jemparingan sebagai ajang silaturrahmi," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan (Disbud) Kulon Progo Joko Mursito di Kulon Progo, Minggu.
     
Ia mengatakan peserta Gladhen Jemparingan berasal dari Bali, Madura, Boyolali, Surabya, Magetan, Karanganyar, Solo, Magelang, Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Cirebon dan Jawa Barat.
     
Kebanggan dan kebahagiaan yang tidak terhingga karena Kulon Progo selama dua tahun ini menjadi ajang pertemuan serta diselenggarakan kongres nasional. Sehingga dari Kulon Progo, budaya mataram untuk Nusantara. Semoga ada rasa tumbuh persatuan, kesatuan dan semangat seluruh anak bangsa di negeri ini melalui semangat di Kulon Progo.
   
 "Kami berharap ini menjadi media promosi yang efektif bagi pemerintah dan masyarakat Kulon Progo ke depan. Kami juga berharap jemparingan mampu menjadi olahraga tradisional yang digemari masyarakat," harapnya.
     
Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan makna filosifi jemparingan tidak hanya sekedar olahraga panahan, akan tetapi seni mengolah rasa. Seorang pemanah dengan duduk bersila tidak hanya sekedar berkonsentrasi untuk melepaskan busur panahnya, tetapi sangat membutuhkan perasaan, sehingga diperlukan ketenangan, yang menjadi filosofi jemparingan bahwa seseorang mempunyai ketenangan dalam mengambil keputusan, agar keputusan tersebut juga tepat sasaran sesuai dengan yang diharapkan.
     
"Kami berharap tidak hanya sesepuh dan pinisepuh yang melakukan olahraga jemparingan tetapi generasi muda tidak boleh hanya terlarut dalam kemajuan teknologi melalui media sosial tetapi juga harus mengenal lebih dekat makna atau filosofi dari Jemparingan, agar nantinya menjadi generasi emas yang berkarakter, beretika dan bertanggung jawab," harapnya.
     
Gladhen Jemparingan Mataram tahun ini bukan hanya diikuti oleh orang dewasa nanum juga anak-anak yang menggemari olahraga jemparingan.
     
Peserta Jemparingan tradisional dari Bali, Isna Agung mengaku senang ikut jemparingan karena cara mainnya seru.
   
 "Kita bisa belajar membidik, belajar ketenangan dan saya latihan sudah dua tahun juga sering dapat juara Jemparingan,” katanya.