FPDI Perjuangan harapkan BBWSSO menormalisasi Sungai Papah Kulon Progo (VIDEO)

id Sungai Papah,Bendung Drigul,Normalisasi,Kulon Progo,BBWSSO

FPDI Perjuangan harapkan BBWSSO menormalisasi Sungai Papah Kulon Progo (VIDEO)

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Kulon Progo Yuli Yantoro meninjau lokasi tanggul Bendung Drigul jebol. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yuli Yantoro mengharapkan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak menormalisasi Sungai Papah dan membangun tanggul di dekat Bendung Drigul, Kecamatan Sentolo.

Yuli Yantoro di Kulon Progo, Kamis, mengatakan normalisasi Sungai Papah terakhir dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) pada 1982.

"Warga Desa Sukoreno di Kecamatan Sentolo sangat mengharapkan Sungai Papah perlu dilakukan normalisasi," kata Yuli Yantoro.

Ia mengatakan berdasarkan kejadian pada 2018, air meluap dari Sungai Papah menggenangi pemukiman dan meluap ke jalan nasional sehingga BBWSSO segera melakukan normalisasi Sungai Papah.

"Harapan kami, normalisasi Sungai Papah tidak sebatas pengerukan, tetapi memakai tanggul atau bronjong sehingga akan lebih baik," katanya. Yuli Yantoro mengatakan pembangunan tanggul atau bronjong di bantaran Sungai Papah akan sangat bagus dan mendukung keberadaan Bendung Drigul.

"Bendung Drigul yang selesai dibangun pada 2018 akan maksimal dipergunakan untuk pengairan tanaman bawang merah di Bulak Srikayangan pada saat musim tanam ketiga yang sangat membutuhkan air," katanya.

Dia menceritakan kronologi dibangunnya Bendung Drigul, yakni berawal dari aspirasinya pada 2014 dan diselesaikan 2018. Hal itu diharapkan petani Bulak Kayangan, yang terdiri dari petani Desa Srikayangan, Demangrejo, Salamrejo, Tuksono dan Sukoreno. Petani di desa ini sangat mengharapkan bisa memanfaatkan air dari Bendung Drigul ini.

"Kalau tanggul Bendung Drigul ini dibangun sempurna,  air dapat dimanfaatkan oleh petani menanam bawang merah saat musim tanam ke tiga," katanya.

Kasi Pembangunan dan Pemberdayaan Desa Srikayangan Sumarjan mengatakan saat ini, persoalan utama yang dihadapi petani untuk masa tanam bawang merah adalah ketersediaan air. Tanaman bawang merah membutuhkan air yang cukup banyak.

Beberapa waktu lalu, petani bawang merah mencoba memanfaatkan air dari Bendung Drigul ternyata ada permasalahan pada sayap. Tanggulnya kurang tinggi, sehingga pada saat Bendung Drigul ditutup, airnya meluap sebelum air mengalir ke saluran sekunder.

Untuk solusinya, petani meminta air ke Daerah Irigasi Papah. Tapi air hanya dialirkan dengan skema satu minggu mengalir, satu minggu mati. Padahal, tanaman bawang merah perlu disiram setiap hari.

"Kalau Bendung Drigul mau dioperasikan optimal,  BBWSSO harus membuat tanggul dan memperbaiki sayap Drigul. Bendung Drigul ini sangat vital bagi petani, khususnya saat musim tanam bawang merah," kata Sumarjan.

Ia mengatakan saat ini, petani secara swadaya membeli tanah dan dikemas dalam karung untuk membuat tanggul sementara, supaya air di Bendung Drigul dapat dimanfaatkan.

"Karung yang berisi tanah ini akan digunakan untuk membendung tanggul yang jebol tadi," katanya.