Jerman melaporkan 1.018 kasus tambahan COVID-19

id Robert Koch Institute(RKI),Jerman,kasus tambahan COVID-19

Jerman melaporkan 1.018 kasus tambahan COVID-19

Kanselir Jerman Angela Merkel menghadiri sidang parlemen majelis rendah, Bundestag, ditengah meluasnya penularan virus corona (COVID-19), di Berlin, Jerman, Kamis (23/4/2020). (REUTERS/ANNEGRET HILSE)

Jumlah akumulasi kematian sebanyak 5.750, yang juga bertambah 110 dalam 24 jam terakhir.
Berlin (ANTARA) - Jerman melaporkan 1.018 kasus tambahan virus corona pada Senin sehingga menambah total kasus di negara tersebut menjadi 155.193, menurut data badan pengendalian penyakit Robert Koch Institute (RKI).

Jumlah akumulasi kematian sebanyak 5.750, yang juga bertambah 110 dalam 24 jam terakhir.

Sementara itu, sekitar 114.500 pasien dinyatakan sembuh dari penyakit pernapasan yang disebut COVID-19 dan disebabkan oleh virus corona jenis baru tersebut. Angka itu naik 2.500 dari hari sebelumnya, menurut statistik.

Baca juga: Gugus Tugas luncurkan sistem data terpadu "Bersatu Lawan COVID"

Negara Bagian selatan Bavaria masih menjadi daerah paling terdampak wabah COVID-19, yang disusul oleh Negara Bagian North Rhine-Westphalia dan Negara Bagian Baden-Wurttemberg.

Jerman termasuk negara di Eropa yang sistem kesehatannya terkelola secara mantap sehingga tidak mengalami apa yang dialami oleh kebanyakan negara lain yang kewalahan dalam menangani dan merawat pasien corona yang jumlahnya membengkak.

Kanselir Jerman Angela Merkel dalam pidatonya di parlemen Jerman beberapa waktu lalu  antara lain mengatakan bahwa keputusan untuk melakukan karantina wilayah akibat corona merupakan yang tersulit baginya selama periode kepemimpinannya. 

Baca juga: Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19: Data terbuka bukan berarti langsung sempurna

Meskipun ada perkembangan yang positif atas data-data pasien yang terinfeksi di Jerman , Merkel mengatakan pemerintah akan secara bertahap melonggarkan pembatasan wilayah setelah mempertimbangkan berbagai masukan termasuk dari kalangan ahli kesehatan. 

Sumber: Xinhua
 
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024