Gunung Kidul bekali relawan tangani jenazah terinfeksi penyakit menular

id jenazah menular,COVID-19,Gunung Kidul

Gunung Kidul bekali relawan tangani jenazah terinfeksi penyakit menular

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan sosialisasi kepada relawan lintas organisasi di wilayah ini tentang penanganan jenazah menular. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan sosialisasi kepada relawan lintas organisasi di wilayah itu tentang penanganan jenazah menular, seperti pasien COVID-19, dengan dilengkapi alat pelindung diri.

Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Jumat mengatakan relawan di daerahnya perlu mendapatkan pengetahuan mengenai penanganan jenazah terinfeksi penyakit menular, sehingga setelah menjalankan tugas tidak berdampak pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.

"Masyarakat juga harus mengetahui jika jenazah yang dikubur menggunakan protap lengkap, sehingga sudah aman, dan tidak perlu ada perdebatan lagi," katanya.

Immawan mengatakan hal yang perlu dipahami masyarakat, seperti memandikan jenazah yang diduga atau sudah positif COVID-19. Hal itu tentu sangat berbahaya. Saat ini standar internasional sudah dilakukan penanganan, seperti jenasah sudah diberikan kantong sebelum dikafani. Selain itu juga didekontaminasi, sehingga sudah aman. Mobil pengangkut jenasah pun juga didekontaminasi dan harus diistirahatkan selama 12 jam sebelum digunakan lagi.

Untuk itu, dirinya memerintahkan kepada Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul agar menyiapkan tim di desa agar membantu relawan untuk penguburan jenasah. Nantinya jika relawan sudah memasukkan jenazah ke liang lahat, dan melakukan penutupan beberapa centimeter, dilanjutkan oleh tim dari desa yang sudah menggunakan APD lengkap.

"Mereka tim yang membawa jenazah ke penguburan menggunakan baju hazmat itu sudah berat, kalau berlebihan tenaga akan terkuras dan membahayakan mereka. Pelatihan masyarakat sekitar akan ditempati meneruskan penguburannya, kalau tidak ada seperti itu kasihan sekali," kata Immawan.
anggota TRC BPBD DIY Endro Sambodo. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Sementara itu, anggota TRC BPBD DIY Endro Sambodo menceritakan dirinya menangani jenazah, baik PDP, ODP, maupun positif COVID-19. Ia bercerita bagaimana pengalamannya menggunakan APD sebelum melaksanakan tugas melakukan penanganan jenasah menular.

"Saya menyebutnya jenazah infeksi atau jenasah menular. Jenasah menular bisa dari penyakit apa saja. Kemungkinan besar karena COVID-19," kata Endro kepada relawan di Gunung Kidul.

Sebagai seorang yang sudah belasan kali bersinggungan dengan jenazah yang dilakukan penguburan dengan protap lengkap, dan juga harus mengorbankan waktunya dengan keluarga kecilnya.

"Awalnya istri saya khawatir saat tim TRC DIY sempat ada wacana menjemput para pelaut, tetapi seiring berjalannya waktu sudah tidak. Saat itu belum ada info yang jelas," kata Endro.

Ia juga bercerita ada salah satu kepala dukuh dan lurah di salah satu wilayah di DIY menolak kedatangan jenazah pasien PDP, namun warga sekitar malah mendukung dan mempersilakan penguburan jenazah di wilayahnya.

Penolakan ini dikarenakan saat itu informasi masih simpang siur dari media sosial. Ia berharap jangan sampai ada penolakan dari warga ada penguburan PDP, atau COVID-19 atau pun jenazah lainnya, karena prosedurnya sudah dilakukan dengan baik dan benar.

"Kecil kemungkinan tertular, besar kemungkinan masyarakat tertular saat belanja di warung atau ke pasar dari pada tertular jenazah," kata Endro.