Pemkot Yogyakarta menyiapkan strategi pengentasan kemiskinan

id kemiskinan,pengentasan,yogyakarta

Pemkot Yogyakarta menyiapkan strategi pengentasan kemiskinan

Kompleks Balai Kota Yogyakarta (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Sosial Pemerintah Kota Yogyakarta menyiapkan strategi untuk mengentaskan kemiskinan di kota itu yang diperkirakan bisa mengalami kenaikan hingga dua kali lipat akibat pandemi COVID-19, yaitu fokus pada pemenuhan aset dan akses masyarakat.

“Ada dua hal yang menjadi fokus dan target kinerja, yaitu pemenuhan aset dan akses. Jika keduanya bisa terpenuhi, maka kami berharap terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Kepala Dinas Sosial Kota Yogyakarta Agus Sudrajat di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, pemenuhan aset dapat diartikan apabila kebutuhan dasar masyarakat, seperti pangan dan sandang, bisa terpenuhi dengan cukup, sedangkan akses dapat diartikan bahwa masyarakat tersebut mampu mengakses berbagai program yang disiapkan untuk mengentaskan kemiskinan.

“Kami akan membuka beberapa jalur atau program agar masyarakat miskin ini bisa memiliki kesempatan untuk membuka usaha. Untuk di dinas sosial, maka fokus sasaran kami adalah kelompok usaha bersama (Kube) dan kelompok usaha ekonomi produktif (Usep) yang telah terbentuk,” katanya.

Salah satu jalur atau program yang disiapkan, lanjut Agus, dilakukan dengan menggandeng komunitas relawan di masyarakat yang akan membantu kelompok usaha dari masyarakat miskin tersebut untuk memasarkan produk secara daring.

“Pemasaran secara digital atau online merupakan salah satu upaya yang saya kira cukup efektif dilakukan di masa pandemi seperti sekarang ini. Nantinya, kelompok relawan ini yang akan memasarkan produk Kube terpilih,” katanya.

Relawan tersebut, lanjut Agus, sama sekali tidak akan mengambil keuntungan apapun dari produk yang dihasilkan Kube maupun Usep. “Mereka bahkan siap membantu pengemasan hingga pemasaran supaya produknya semakin menarik,” katanya.

Sebagai persiapan, menurut dia, akan dilakukan seleksi terhadap Kube maupun Usep yang bisa memperoleh fasilitasi tersebut. Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 718 Kube yang sudah terbentuk sejak 2003, namun demikian, tidak seluruhnya aktif berkegiatan dan hanya ada sebanyak 438 yang masih aktif.

“Kami pun akan melakukan survei pasar untuk mengetahui barang apa saja yang saat ini banyak dibutuhkan masyarakat. Nantinya, Kube akan memproduksi barang tersebut. Jangan sampai, sudah produksi, tetapi tidak laku dijual,” katanya.

Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta memperkirakan angka kemiskinan pada tahun ini bisa naik hampir tujuh persen menjadi 13,97 persen sebagai asumsi pesimis, sedangkan untuk asumsi moderat 12,4 persen dan asumsi optimis 10,6 persen.

“Kami harus me-review target kinerja yang sudah ditetapkan sebagai dampak pandemi COVID-19. Ada tiga skenario yang digunakan, tetapi kami ambil yang paling pesimis atau kondisi yang paling buruk,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono.

Selain angka kemiskinan yang naik, katanya, tingkat pengangguran pun diperkirakan naik dari 4,8 persen pada 2019 menjadi 10,46 persen untuk asumsi pesimis.

Akibatnya, ujar dia, pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta pun harus ditinjau ulang dan diperkirakan mengalami pertumbuhan minus 2,2 persen.

“Sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi sangat terdampak pandemi. Hal inilah yang menyebabkan berbagai dampak tadi,” katanya.

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024