Epidemiolog UGM harap larangan mudik dibarengi pembatasan mobilitas

id Epidemiolog,Larangan mudik,Mobilitas,Covid-19,Epidemiolog UGM,Larangan mudik dibarengi pembatasan mobilitas,pembatasan m

Epidemiolog UGM harap larangan mudik dibarengi pembatasan mobilitas

Ahli Epidemiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM dr. Riris Andono Ahmad (ANTARA FOTO/Luqman Hakim)

Yogyakarta (ANTARA) - Ahli Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Riris Andono Ahmad berharap kebijakan larangan mudik lebaran yang dicanangkan pemerintah dibarengi dengan pembatasan mobilitas masyarakat secara tegas.

"Mudik dilarang pun kalau mobilitas tidak dilarang maka peningkatan kasus itu jadi sebuah keniscayaan," kata Riris di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, peningkatan kasus COVID-19 akan tetap terjadi baik ada mudik maupun tidak mudik. Peluang penyebaran virus corona menjadi sangat besar ketika tidak ada pembatasan atau larangan mobilitas dalam populasi sementara transmisi virus semakin meluas.

Ia menyampaikan kebijakan tersebut akan efektif jika dilakukan sejak awal pandemi karena saat ini tarnsmisi telah terjadi hampir di seluruh kota besar Indonesia.

"Jadi mau mudik atau tidak mudik pasti akan terjadi peningkatan kasus karena sudah ada transmisi, banyak peningkatan kasus," kata dia.

Mobilitas masyarakat, kata dia, cenderung tinggi saat memaski momentum lebaran. Masyarakat biasanya memanfaatkan momen lebaran untuk ajang silaturahim atau halal bihalal.

Selain itu, selama libur lebaran banyak yang melakukan wisata dan aktivitas lainnya yang menimbulkan kerumunan.

Oleh sebab itu dia meminta pemerintah untuk tegas dan konsisten dalam menegakkan peraturan.

Masyarakat pun diminta untuk sadar mengurangi mobilitas agar penyebaran COVID-19 tidak semakin meluas. Jika hal tersebut diabaikan dikhawatirkan akan terjadi transmisi COVID-19 dalam populasi secara cepat.

Riris mengatakan pemerintah perlu melakukan adaptasi kebiasaan baru dalam menghadapi COVID-19 dengan memberlakukan pengetatan dan pelonggaran mobilitas masyarakat yang dilakukan secara bergantian sesuai dengan situasi yang ada.

Ia mengibaratkan adaptasi tersebut layaknya mengendarai kendaraan yang perlu menginjak rem untuk mengurangi kecepatan. Demikian halnya dalam mencegah penularan COVID-19 agar tidak kian meluas.

Ketika penularan sudah meluas sebaiknya segera dilakukan pembatasan atau pengetatan mobilitas.

"Kuncinya tahu kapan mengetatkan, kapan melonggarkan dan pembatasan seperti apa yang harus dilakukan," kata dia.