BKKBN DIY percepat perbaikan gizi pada 1.000 HPK cegah stunting

id BKKBN DIY ,Perbaikan gizi 1000 HPK ,Cegah stunting pada anak

BKKBN DIY percepat perbaikan gizi pada 1.000 HPK cegah stunting

Kepala BKKBN DIY Shodiqin dalam acara Advokasi dan KIE tentang Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Bantul, DIY, Kamis (2/3/2023) (ANTARA/Hery Sidik)

Bantul (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bersama mitra kerja pemerintah daerah melakukan percepatan perbaikan gizi pada fase 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sebagai salah satu upaya pencegahan stunting pada anak.

Kepala BKKBN DIY Shodiqin di Kabupaten Bantul, DIY, Kamis, mengatakan, untuk penguatan program Pembangunan Keluarga dalam mewujudkan keluarga berkualitas, BKKBN mendapat prioritas melakukan percepatan perbaikan gizi melalui Promosi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) 1.000 HPK sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.

"Pembangunan SDM harus dimulai sejak dini, bahkan sejak janin masih di dalam kandungan, karena pada saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sudah berlangsung," katanya dalam sambutan acara 'Advokasi dan KIE tentang Promosi dan KIE Pengasuhan 1.000 HPK dalam Percepatan Penurunan Stunting'.

Menurut dia, dalam keseluruhan siklus hidup manusia, usia nol sampai enam tahun merupakan periode kritis bagi perkembangan otak atau lebih dikenal dengan periode emas.

"Periode ini harus dioptimalkan dengan menjaga kesehatan, status gizi anak, memberikan stimulasi yang mencukupi dan lingkungan yang mendukung. Apabila anak tidak mendapatkan pengasuhan dengan baik, maka akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan," katanya.

Dia menjelaskan, permasalahan di Indonesia saat ini adalah tentang masalah gizi ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa.

"Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 penekanan angka stunting ditargetkan menjadi 14 persen pada 2024 dari yang saat ini 21,6 persen," katanya.

Menurut dia, anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu, tetapi stunting juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin, atau yang berada di atas 40 persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian, bahwa pondasi utama kehidupan manusia di masa depan dapat dipengaruhi oleh pengasuhan pada 1000 HPK, atau sejak awal konsepsi atau selama 270 hari masa kehamilan berlanjut 730 hari setelah lahir hingga anak berusia dua tahun.

"Pada fase tersebut, terjadi perkembangan otak dan pertumbuhan badan. Perkembangan sistem metabolisme tubuh dan pembentukan sistem kekebalan tubuh juga berjalan begitu pesat atau cepat," katanya.

Apabila pada fase 1000 HPK tidak dimanfaatkan dengan optimal, maka beberapa kemungkinan dapat terjadi, seperti berisiko mudah terserang penyakit obesitas dan penyakit kronis (diabetes dan gangguan pembuluh darah) di usia lanjut, beresiko mengalami gizi buruk kronis (stunting) serta penurunan tingkat kecerdasan.

Salam upaya mengurangi angka stunting dilakukan secara timbal balik melalui hubungan secara vertikal maupun horizontal, yaitu melalui pemerintah maupun tanggung jawab bersama antar masyarakat. Ini harus dilaksanakan berkesinambungan untuk mewujudkan penurunan angka stunting.

"Peran Pentahelix (pemerintah, pelaku usaha, perguruan tinggi, masyarakat dan media) dalam percepatan penurunan stunting ini menjadi keberhasilan program baik dalam percepatan penurunan stunting dan program Bangga Kencana pada umumnya," katanya.

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2025