Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta menjajaki potensi indikasi geografis keju pertama di Asia yakni Tomme de Merapi yang berada di Kabupaten Sleman.
"Ternyata Indonesia bisa menghasilkan keju berkualitas, terlebih lagi ini dibuat dari bahan baku yang berasal dari Sleman," kata Kepala Kanwil Kemenkumham DIY Agung Rektono Seto dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu.
Tim dari Kanwil Kemenkumham DIY mengunjungi lokasi pembuatan keju Tomme de Merapi di Desa Wukirsari, Kabupaten Sleman, Jumat (28/4).
Agung menilai potensi indikasi geografis keju Tomme de Merapi sangat besar karena bahan bakunya berasal dari wilayah Kabupaten Sleman.
Ia mendorong agar potensi indikasi geografis ini dapat didaftarkan sebagai salah satu indikasi geografis dari DIY.
"Tentu kami dari Kanwil Kemenkumham DIY mendorong agar Tomme de Merapi ini bisa menjadi indikasi geografis dari DIY," kata dia.
Pengurus Tomme de Merapi Nieta Pricilia menyambut langsung tim dari Kanwil Kemenkumham DIY dan menjelaskan awal mula produksi keju yang dinamainya Mazaraat Cheese ini.
Bersama suaminya, Muhammad Najib, Nieta terus mengupayakan kerja sama dengan koperasi peternak yang ada di Sleman.
Bukan sembarang peternak, Nieta dan Najib mengaku bekerja sama dengan peternak yang memproduksi susu sapi dan kambing organik, yakni susu yang dihasilkan dari kambing dan sapi yang diberi pakan rumput liar tanpa pestisida.
Selain itu, bahan baku yang dipergunakan terbilang unik karena ternak sapi dan kambing memakan rumput yang tumbuh di tanah yang terpapar abu vulkanik Gunung Merapi, sehingga susu yang dihasilkan berbeda dengan apa yang ada di pasaran.
Produksi keju milik Nita telah berbadan hukum sejak tahun 2015 dan kini telah menghasilkan 23 jenis keju berbeda yang diproduksi secara bergantian.
Menurut Nita, keju yang diolah dari susu yang diambil dari peternak di lereng Merapi itu kini telah merambah distribusi ke hotel-hotel bintang empat dan lima di Yogyakarta, Bali, dan Jakarta.
"Kami dulu mulai memasarkannya di ekspatriat-ekspatriat yang ada di Jogja, tapi sekarang porsinya sudah 60 persen lokal dan 40 persen ekspatriat," ujar Nieta.
Untuk diketahui, indikasi geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/atau produk yang dihasilkan.
DIY sendiri telah memiliki tiga produk indikasi geografis yang terdaftar, yaitu Batik Tulis Nitik Yogyakarta, Gula Kelapa Kulon Progo, dan Salak Pondoh Sleman.
Selain itu, ada tiga potensi indikasi geografis di DIY yang masih dalam proses pendaftaran di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), yaitu Jambu Air Dalhari Sleman, Gerabah Kasongan Bantul, dan Kopi Robusta Merapi Sleman.
Berita Lainnya
Melalui Indikasi Geografis, Kemenkumham DIY dukung kemajuan ekonomi lokal menuju Pasar Global
Kamis, 25 April 2024 5:50 Wib
Kemenperin memacu industri kecil menengah hasilkan produk berkualitas
Rabu, 24 April 2024 16:06 Wib
Pertanian terpadu PT Pegadaian merepresentasikan kondisi geografis
Rabu, 6 Desember 2023 10:40 Wib
Dukungan Kemenkumham DIY untuk Indikasi Geografis Batik Tulis Nitik Yogyakarta di INACRAFT 2023
Jumat, 3 Maret 2023 14:59 Wib
Dispar Kulon Progo diminta memetakan wisata berdasarkan geografis
Senin, 12 September 2022 16:27 Wib
Dinkes Gunung Kidul: Vaksinasi melambat karena kondisi geografis dan hujan
Rabu, 24 November 2021 19:18 Wib
Gubernur DIY meluncurkan Indikasi Geografis Batik Tulis Nitik Bantul
Selasa, 23 November 2021 18:53 Wib
Kemendes PDTT menilai kondisi geografis masih hambat penyaluran BLT
Senin, 22 Juni 2020 17:39 Wib