Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut sebanyak 61 kepala keluarga (KK) terdampak genangan air akibat hujan lebat yang mengguyur sebagian wilayah tersebut pada Senin (1/5).
"Di Bantul kemarin sempat terjadi genangan air dengan 61 KK (kepala keluarga) terdampak yang tersebar di dua kelurahan, yaitu Panggungharjo Sewon dan Wonokromo Pleret," kata Komandan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul Aka Luk Luk Firmansyah saat dikonfirmasi di Bantul, Selasa.
Selain berdampak pada puluhan keluarga, hujan lebat sejak siang hingga sore di wilayah Bantul utara tersebut juga mengakibatkan genangan air di sekitar perempatan jalan lingkar Druwo Jalan Parangtritis, hingga mengganggu arus lalu lintas.
"Jadi kalau berdasarkan lokasi, terdapat tiga lokasi terdampak, namun menggenangi pemukiman dia dua kelurahan, yang di perempatan Druwo Sewon, sempat mengganggu arus lalu lintas," katanya.
Meski demikian, kata dia, setelah beberapa jam kemudian hujan reda, genangan air yang masuk pemukiman maupun jalan tersebut berangsur surut. Namun untuk yang di pemukiman, genangan dilaporkan masuk ke dalam rumah.
"Rata-rata ketinggian genangan dari data yang kami catat sekitar 40 centimeter, bervariasi tergantung wilayah, seperti di wilayah Kelurahan Wonokromo itu karena daerahnya ledokan sampai masuk ke rumah," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, sebelum diguyur hujan lebat, dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memang memberikan peringatan dini terkait cuaca tersebut, yang skalanya lokal di wilayah Kota Yogyakarta dan Bantul sisi utara.
"Jadi, hujan kemarin kalau secara keseluruhan tidak sampai ke Bantul wilayah selatan atau timur, atau barat itu tidak sampai, hanya lokal saja wilayah kota dan Bantul sisi utara, yang lain mendung gerimis hujan, tapi konsentrasi di Bantul utara," katanya.
Dengan demikian, kata dia, genangan air dampak hujan tersebut hanya terjadi di wilayah yang langsung diguyur hujan. Bahkan, aliran sungai di wilayah Bantul saat itu masih dalam batas aman, dalam arti tidak ada luapan akibat hujan tersebut.
"Jadi, genangan lebih karena drainase dan area ledokan, di Wonokromo itu karena pintu air belum dibuka maksimal sehingga air terhambat dan masuk ke pemukiman warga. Jadi, lebih ke drainase karena curah hujan lokal dan cukup tinggi di daerah itu," katanya.
Berita Lainnya
Berkonsep masjid ramah lingkungan, Muhammadiyah hemat 30 persen air
Selasa, 30 April 2024 7:44 Wib
Pelaku industri promosikan jamu Indonesia ke pasar mancanegara
Minggu, 28 April 2024 6:10 Wib
Indonesia bantu Tunisia modifikasi cuaca
Jumat, 26 April 2024 19:34 Wib
RI usung pendekatan budaya lokal terkait tata kelola air di WWF
Rabu, 24 April 2024 15:57 Wib
WWF ke-10 di Bali memberi manfaat ekonomi UMKM-pariwisata
Minggu, 21 April 2024 1:08 Wib
Indonesia menawarkan proyek air 9,6 miliar dolar AS
Sabtu, 20 April 2024 20:53 Wib
Sandiaga menawarkan "melukat" untuk 35 ribu peserta WWF-10 di Bali
Sabtu, 20 April 2024 17:51 Wib
Warga peroleh edukasi keselamatan transportasi air
Sabtu, 13 April 2024 5:18 Wib