Makanan dijadikan Rusia sebagai "senjata"

id Emmanuel Macron,Uni Eropa,kesepakatan biji-bijian,Rusia,Amerika Latin dan Karibia

Makanan dijadikan Rusia sebagai "senjata"

Arsip - Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) pada Jumat (19/8/2022) mengadakan pembicaraan via sambungan telepon untuk membahas situasi di Ukraina. (ANTARA/Xinhua/aa.)

Ankara (ANTARA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Rusia menggunakan "makanan sebagai senjata" dengan menangguhkan kesepakatan biji-bijian, saat ia berkomentar tentang keputusan Moskow untuk menarik diri dari Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam sehari sebelumnya.

Ketika berbicara kepada wartawan di sela KTT Komunitas Uni Eropa Negara Amerika Latin dan Karibia (EU-Community of Latin American and Caribbean States/CELAC) di Brussel, Belgia, pada Selasa (18/7), Macron menyoroti keputusan Rusia itu.

Menurutnya, keputusan sepihak oleh Rusia tersebut akan menimbulkan dampak signifikan pada negara-negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia yang sangat bergantung pada perjanjian itu.

"Mereka yang meragukan keputusan Tuan Putin dan komitmennya untuk kebaikan bersama, jawabannya sangat jelas, ia memutuskan untuk menggunakan makanan sebagai senjata, dan saya pikir ini adalah kesalahan besar," kata Presiden Prancis tersebut.

Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, mengumumkan pada Senin (17/7) bahwa Rusia menangguhkan kesepakatan tersebut dengan menyatakan bahwa bagian Rusia dari perjanjian tersebut tidak dilaksanakan.

Sumber: Anadolu

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Macron tuduh Rusia jadikan "makanan sebagai senjata"
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024