Masyarakat harus kritis baca hasil survei Pilpres 2024

id Yohan Wahyu,Survei, Pemilu, Pemilihan Presiden

Masyarakat harus kritis baca hasil survei Pilpres 2024

Dokumentasi - Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (15/3). Berdasarkan hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak sebesar 44,5 persen berbanding 44,0 persen untuk Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti Guntur Soekarno dengan margin of error 3,46 persen. Antara Jatim/Zabur Karuru/18

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu mengajak masyarakat Indonesia agar kritis dalam membaca hasil survei politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Survei itu alat pengukur suhu belaka yang tingkat kebenarannya tidak mutlak, sifatnya temporal, dan selalu dinamis," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Dia menyarankan dalam membaca hasil riset politik, maka harus dibaca secara santai. Yohan mengimbau agar masyarakat tidak terjebak pada pemahaman bahwa survei politik sebagai kebenaran.

Hal itu disampaikan Yohan dalam diskusi publik yang dilaksanakan Lembaga Kajian Indonesia Development Research (IDR).

Diskusi yang menghadirkan para peneliti, jurnalis, dan akademisi itu menghadirkan Ketua Bidang Eksternal Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Andi Syafrani.

Andi Syafrani sependapat dengan Yohan Wahyu perihal hakikat survei politik yang semakin menjamur. Lembaga survei pada awalnya bertujuan untuk memetakan secara akademis mengenai dinamika politik nasional.

"Semula hasil kerja lembaga survei menarik sebagai metode melihat peta prilaku politik warga, ini tentu suatu kemajuan ilmu pengetahuan sosial karena sebelumnya metode survei tidak banyak dikenal," jelasnya.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti ajak masyarakat kritis membaca hasil survei