GIK UGM dan Kedubes Australia berkolaborasi selenggarakan "GIK Menyapa"

id gik ugm,kedubes australia

GIK UGM dan Kedubes Australia berkolaborasi selenggarakan "GIK Menyapa"

Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) berkolaborasi dengan Kedubes Australia menyelenggarakan "GIK Menyapa" di Yogyakarta, Kamis (6/6/2024). (ANTARA/HO-GIK UGM)

Yogyakarta (ANTARA) - Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM), pusat kreativitas terpadu yang menjadi kebanggaan Yogyakarta, berkolaborasi dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia sukses menyelenggarakan acara perdana "GIK Menyapa" di Yogyakarta, Kamis (6/6).

Acara ini mengusung tema "Inovasi Festival Budaya di Era Teknologi", membuka dialog penting tentang bagaimana teknologi dapat memperkaya dan mengembangkan lanskap festival budaya di Indonesia.

"GIK Menyapa" menjadi ajang diskusi interaktif dan jejaring yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam industri kreatif, termasuk pelaku seni, budayawan, pakar teknologi, dan mahasiswa.

Acara ini menjadi langkah awal GIK UGM dalam membangun ekosistem kolaboratif yang mendorong inovasi dalam pelestarian dan pengembangan budaya Indonesia.

Diskusi yang berlangsung di Student Center GIK UGM dipandu oleh Alfatika Dini, Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, yang menghadirkan dialog berbobot bersama Dr. Oki Rahadianto, Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM, dan Cameron Frost, Country Manager Megatix Indonesia.

Ketiganya berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam festival budaya, serta strategi kolaborasi antara lembaga pendidikan, komunitas, dan industri kreatif.

Acara ini tidak hanya dihadiri oleh peserta yang hadir secara langsung, tetapi juga menjangkau audiens yang lebih luas melalui siaran langsung di Instagram Live dan kanal YouTube GIK UGM. Hal ini membuktikan komitmen GIK UGM untuk memperluas jangkauan dan dampak positif dari acara ini.

Garin Nugroho, Chief Program Officer GIK UGM, mengungkapkan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini, karena Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan budaya dan potensi kolaborasi yang besar.

Di era digital ini, inovasi teknologi menjadi kunci untuk memajukan industri kreatif. GIK UGM siap menjadi wadah bagi terjalinnya kerja sama yang bermanfaat bagi kedua negara.

Kolaborasi dengan Kedutaan Besar Australia menjadi langkah strategis bagi GIK UGM untuk memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi dan kreativitas.

"Kami berharap acara 'GIK Menyapa' ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan baru bagi para pelaku industri kreatif dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkaya festival budaya di Indonesia," katanya.

Acara perdana "GIK Menyapa" ini menjadi tonggak awal bagi GIK UGM dalam merealisasikan visinya sebagai pusat kolaborasi, inovasi, dan kreativitas. Melalui acara-acara serupa di masa mendatang, GIK UGM berharap dapat terus berkontribusi dalam pengembangan industri kreatif dan festival budaya di Indonesia.

Dr Oki Rahadianto, Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM, mengatakan, di Yogyakarta yang kaya akan festival budaya. Festival budaya dapat menjadi ruang ekspresi artikulasi bagi anak muda yang lebih berorientasi global.

"Anak muda sekarang sangat sadar berpartisipasi dalam festival budaya untuk mendidik diri mereka sendiri. Teknologi digital memfasilitasi pemuda dalam menyebarkan pesan nilai festival budaya secara lebih luas. Teknologi digital juga dapat meningkatkan karakteristik multigenre di Jogja untuk membantu menyebarkan pesan festival," katanya.

Cameron Frost, Country Manager Megatix Indonesia, menambahkan, anak muda sangat menyukai festival musik. Teknologi digital dapat membantu festival budaya meningkatkan pariwisata internasional dengan cara meningkatkan awareness.

"Strateginya adalah membangun jaringan untuk mendukung promotor festival budaya dan memanfaatkan teknologi untuk inovasinya," tutur dia.