Kemhut dorong pemakaian benih unggul bersertifikat

id kemhut dorong pemakaian

Kemhut dorong pemakaian benih unggul bersertifikat

Ilustrasi (Foto Antara)

Jogja (Antara Jogja) - Kementerian Kehutanan mendorong masyarakat memakai benih unggul bersertifikat untuk mengembangkan dan meningkatkan produktivitas hutan tanaman.

"Peningkatan produktivitas tanaman merupakan poin penting dalam pengembangan hutan tanaman," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan (Kemhut) San Afri Awang di Yogyakarta, Kamis.

Di sela seminar "Silvikultur Ke-2, Kongres Masyarakat Silvikultur Indonesia, dan Musyawarah Forum Pembenihan Tanaman Hutan Nasional", ia mengatakan pemerintah mendorong penggunaan benih unggul agar tanaman bisa dihasilkan dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat.

Ia mencontohkan dengan pemakaian benih unggul bersertifikat, dalam waktu lima tahun hasil pohon jati bisa mencapai 125 meter kubik per hektare, sedangkan tanaman jati biasa baru siap panen setelah 15 tahun dan hanya menghasilkan 40 meter kubik per hektare.

"Di Kaliurang juga akan dilepas bibit unggul jati yang bisa menghasilkan kayu 25 meter kubik per hektare setiap tahun. Hal itu membuktikan dengan sentuhan teknologi silvikultur bisa meningkatkan produktivitas tanaman," katanya.

Menurut dia, saat ini masih banyak orang yang belum menggunakan bibit unggul bersertifikat dalam mengembangkan hutan tanaman.

Untuk itu pemerintah bersama dengan perguruan tinggi dan asosiasi akan melakukan pendampingan dalam upaya transfer teknologi budi daya tanaman dan penggunaan bibit unggul tersebut.

"Kami dorong kebijakan itu dilaksanakan dengan pendampingan kepada rakyat. Tidak mungkin rakyat dibiarkan tanpa didampingi," katanya.

Ia mengatakan pada 2013 Kemhut telah menerbitkan surat keputusan tentang penetapan jenis tanaman yang benihnya wajib diambil dari sumber benih bersertifikat.

"Ada lima jenis tanaman yang wajib diambil dari sumber benih bersertifikat yakni jati, sengon, jabon, mahoni, dan gmelina," katanya.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM Satyawan Pudyatmoko mengatakan sebagian besar hutan di Indonesia kurang produktif. Bahkan mengalami penurunan signifikan setiap tahun.

Pada 1990 hutan Indonesia mampu menghasilkan 28 juta meter kubik kayu. Namun pada 2011 merosot tajam menjadi 4,55 juta meter kubik kayu.

"Peningkatan produktivitas adalah keniscayaan, dan bisa dilakukan dengan aplikasi teknologi silvikultur yang sudah dikembangkan seperti penggunaan bibit unggul," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024