Pustek: perlu penguatan organisasi petani salak Sleman

id salak

Pustek: perlu penguatan organisasi petani salak Sleman

Petani salak (Foto antarafoto.com)

Sleman (Antara Jogja) - Organisasi petani salak di lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman perlu dikuatkan agar mereka lebih memiliki kemampuan untuk memasarkan produknya secara kolektif, kata Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Istianto Ari Wibowo.

"Upaya penguatan organisasi ini juga dapat untuk meminimalisir permainan harga salak oleh para tengkulak," katanya di Sleman, Selasa.

Menurut dia, dengan organisasi yang sudah kuat, maka sistem penjualan bisa lebih teratur, dari mulai persoalan distribusi hingga sistem pengirimannya.

"Dan yang pasti petani akan merasa senang ketika diajak untuk bekerja sama menguatkan organisasi itu," katanya.

Ia mengatakan dari upaya penguatan organisasi tersebut, juga harus ada target dalam pemasaran produk salak pondoh.

"Misalnya tahun pertama harus mencapai apa, dan seterusnya. Jika bisa berkesinambungan, hanya perlu empat sampai lima tahun saja, sudah cukup agar harga salak pondoh tidak selalu rusak," katanya.

Ia mencontohkan tentang organisasi petani cabai di Kabupaten Kulon Progo yang cara penjualan hasil produksi mereka juga sudah memakasi sistem lelang.

"Dengan penjualan sistem lelang ini para tengkulak tidak akan mampu ikut mempermainkan harganya. Petani cabai di Kulon Progo sudah punya kemampuan menjual dengan cara lelang," katanya.

Istianto mengatakan wacana Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman untuk memasarkan salak hasil produksi petani lereng Merapi dengan konsep diekspor untuk menghindari rusaknya harga karena tengkulak, tak akan dapat berlangsung lama.

"Karena selain konsep ekspor tersebut sifatnya hanya kontrak saja, setiap tahunnya pihak dinas terkait juga harus mencari negara yang membutuhkannya," katanya.

Ia mengatakan ketika pasar ekspor sedang lesu, perekonomian negara yang diekspor salak tersebut kurang bagus, pastinya akan melakukan penghematan.

"Ekspor ini tidak akan selamanya. Kalau sistem distribusinya benar, komuditas salak cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal atau nasional saja," katanya.

DPPK Kabupaten Sleman memfasilitasi para petani salak pondoh di lereng Merapi dengan sistem penjualan ekspor. Beberapa negara yang dituju, seperti Tiongkok pun sudah dilakukan sejak 2010.

Pada Desember 2015, pasar ekspor salak akan diperlebar, yaitu ke Selandia Baru. Meski demikian, sampai saat ini kapasitasnya masih kecil, yaitu hanya dua ton setiap harinya salak yang dikirim.

Terkait dengan usulan penguatan organisasi itu, khusus di Kecamatan Turi, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Tanaman Pangan dan Hortikultura DPPK Kabupaten Sleman Ananta mengatakan sudah ada yang berjalan.

"Namun memang tidak lebih dari 40 persen. Itupun hanya berjalan ketika masa budi daya saja. Namun, saat masuk panen raya, organisasi petani salak ini belum berani melakukan spekulasi pengeluaran modal dalam jumlah yang besar, seperti tempat untuk menampung hasil produksi yang akan dijual," katanya.

Dia mengakui selama ini hanya tengkulak yang berani seperti itu.

Ia mengatakan untuk lebih menguatkannya, pihaknya pun banyak menemui kendala di lapangan, salah satunya sumber daya petani salak itu sendiri yang memang sudah banyak berusia lanjut.

"Itu yang menjadi kendala kami di lapangan," katanya.

V001
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024