ChildFund International di Indonesia wujudkan anak-anak mendapatkan hak

id childfund,anak

ChildFund International di Indonesia wujudkan anak-anak mendapatkan hak

Staf ChildFund International di Indonesia. (ANTARA/HO-Childfund)

Yogyakarta (ANTARA) - Hadir di Indonesia sejak tahun 1973, ChildFund International di Indonesia secara konsisten terus berjuang untuk mewujudkan dunia di mana anak-anak mendapatkan hak dan mencapai potensi maksimalnya.

Berbagai program dihadirkan guna mewujudkan tujuan  tersebut. Bersama mitra kerja di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yakni Yayasan Teratai Putih Yogyakarta (YTP) yang telah bekerjasama sejak 2001 dan Paguyuban Badan Musyawarah Masyarakat Mitra Anak Sejati (PBMM-MAS) sejak 2002, Childfund International di Indonesia dan mitra telah mendampingi anak dan keluarga di 2 kabupaten, yaitu Bantul dan Kulon Progo. 

Bertho Eko Pitono selaku Program Manager PBMM Mitra Anak Sejati menjelaskan bahwa saat ini PBMM-MAS bersama ChildFund International di Indonesia mengembangkan program LineUp Digital Literacy for All yang bertujuan untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi bagi siswa-siswa di 10 SD di Kabupaten Kulon Progo.

Selain merenovasi ruang multimedia dan menyediakan gawai seperti tablet, program ini juga melatih lebih dari 500 siswa dan 50 guru cara menggunakan tablet, berinternet aman, perlindungan anak online, kurikulum merdeka dan pemanfaatan platform online untuk pembelajaran. 

"Program ini melibatkan berbagai pihak. Tidak hanya murid dan guru, program ini juga mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan terkait, seperti pengawas sekolah, orang tua, komite sekolah, Dinas Pendidikan serta masyarakat tentang pendidikan berfokus anak yang berbasis teknologi informasi," kata Bertho dalam siaran pers Jumat. 

Bertho mengatakan bahwa laporan PISA pada tahun 2018 menunjukkan nilai rata-rata siswa Indonesia untuk membaca adalah 371, matematika adalah 379, dan sains adalah 396. Semuanya merupakan yang terendah di antara negara-negara peserta PISA. Karena itulah, menurut dia, program ini sangat kontekstual dan dibutuhkan untuk pengembangan pendidikan anak di Indonesia, termasuk di Yogyakarta.

Selain program yang menyasar anak dan orang tua anak usia 0-5 tahun dan 6-14 tahun, praktik baik lainnya dari Kulon Progo adalah program orang muda sebagai agen perubahan.

Menurut Bertho, pihaknya dan ChildFund International di Indonesia membina kelompok-kelompok orang muda dan forum anak baik di tingkat desa maupun kabupaten dan mendapat sambutan dari pemerintah desa dan kabupaten terutama dalam mewujudkan Kabupaten Layak Anak (KLA). Partisipasi anak dan orang muda dalam proses pengambilan keputusan secara perlahan mulai mendapat perhatian para pemangku kepentingan. 

"Kami membawa wacana KLA ke Kabupaten Kulon Progo sejak tahun 2010. Pada tahun 2021, PBMM-Mitra Anak Sejati ditunjuk pemerintah sebagai lembaga pendamping untuk Kulon Progo dalam mewujudkan KLA. Kami juga terlibat dalam advokasi memperjuangkan hak-hak anak di kabupaten ini sehingga terbit Peraturan Daerah tentang Kabupaten Layak Anak, yaitu Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor 15 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan KLA," ujar Bertho.

Di Kabupaten Bantul, mitra Yayasan Teratai Putih sukses mengimplementasikan program perlindungan anak bernama Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat serta program  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 

Aan Kurniawan selaku Koordinator Pelaksana YTP menjelaskan bahwa pendirian PATBM dilatari oleh kekhawatiran masyarakat akan kasus kekerasan yang kerap dialami oleh anak maupun remaja di lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan wadah di tingkat desa atau kelurahan yang peduli terhadap pemenuhan hak-hak anak dan mampu untuk mengawal kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan mereka.

"Kami mengembangkan  PATBM dengan membentuk dan membina kelompok masyarakat  sebagai tim PATBM sehingga masyarakat dapat merujuk dan menginformasikan kasus kekerasan anak di desa kepada mereka sehingga  kasus-kasus tersebut dapat segera ditangani oleh pihak-pihak terkait secara lebih profesional," kata Aan. 

Inisiatif  ini pun mendapat sambutan baik dari pemerintah hingga menghasilkan Peraturan Desa (Perdes) maupun Peraturan Kelurahan (Perkel) mengenai Perlindungan Anak di Desa/Kelurahan. Dengan adanya peraturan tersebut, PATBM bisa memiliki payung hukum dan dapat melakukan sosialisasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan anak, kekerasan hingga undang-undangan perlindungan anak (UUPA) di setiap dusun. Selain itu, YTP terpilih menjadi salah satu lembaga peduli anak terbaik di Kabupaten Bantul. 

"Dalam hal pendidikan anak usia dini, Teratai Putih bersama ChildFund International di Indonesia menginisiasi pendirian 24 PAUD di 4 desa. Pada tahun 2008, PAUD belum tersedia di semua dusun. Kami menyediakan dukungan fisik dan mengkapasitasi pengembangan sumber daya manusia sehingga PAUD dapat berlanjut hingga saat ini," ujar Aan.

Yayasan Teratai Putih juga menerapkan program pengasuhan responsif dan pengasuhan positif. Program ini menyasar orang tua dari anak yang berusia 0-5 tahun serta 6-14 tahun dan telah berdampak kepada lebih dari 8 ribu individu di wilayah dampingan mereka di Bantul. 

Lebih jauh, ia menyatakan bahwa dalam menjalankan program, pihaknya selalu menggandeng dinas-dinas terkait dari tingkat desa hingga kabupaten sehingga kegiatan mereka bersinergi dan beririsan dengan program pemerintah khususnya dalam terwujudnya kalurahan dan kabupaten layak anak. Saat ini beberapa program telah mendapatkan anggaran dari pemerintah, seperti PAUD, PATBM, pengasuhan responsif dan forum anak.

Husnul Ma'ad selaku Country Director ChildFund International di Indonesia menjelaskan bahwa upaya organisasinya berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan mereka tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring.

"Keberhasilan ChildFund International di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan  yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung langkah kami. Untuk itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang senantiasa telah berkontribusi dalam perjalanan ChildFund International selama 50 tahun di Indonesia," katanya.

"Kami berharap ke depannya dukungan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak lainnya untuk ikut mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencapai potensi maksimal mereka," tutur Husnul Ma'ad.