Pemkab Lebak promosikan wisata budaya Baduy

id pemkab lebak promosikan

Pemkab Lebak promosikan wisata budaya Baduy

Warga Baduy Dalam berjalan kaki dari Ciboleger ke Kota Pandeglang (Foto Antara/Asep Fathulrahman)

Lebak (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Lebak mempromosikan objek wisata budaya Baduy pada pameran Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal di Kota Tangerang, Provinsi Banten, 22-26 April 2013.

"Kami mengangkat budaya Baduy guna mendongkrak kunjungan wisata," kata Kepala Bidang Penanaman Modal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak Agianto Ahmad Tahir di Rangkasbitung, Minggu.

Ia mengatakan, selama ini budaya masyarakat Baduy masih mempertahankan nilai-nilai adat juga menolak kehidupan yang serba modernisasi.

Masyarakat Baduy merupakan produk kearifan lokal kebanggaan Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.

Mereka sangat menjaga kawasan perkampungan Baduy, dan menolak pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pendidikan, kesehatan, pasar dan puskesmas.

Selain itu, perkampungan tersebut tidak terdapat kendaraan, seperti sepeda motor, sepeda dan mobil.

Bahkan, komunitas masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik hingga kini kemana-mana mereka berjalan kaki.

Keunikan masyarakat Baduy sangat mencintai dan menjaga hutan dan lahan sebagai sumber mata pencaharian.

Karena itu, masyarakat Baduy berpenduduk 10.500 jiwa yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, sangat melestarikan hutan dan lahan.

"Dengan pameran ini diharapkan bisa mendongkrak kunjungan wisata Baduy," katanya.

Ia menyebutkan, selain budaya Baduy dipromosikan, juga produk-produk kerajinan khas mereka yang diminati masyarakat, di antaranya aneka cendera mata, kain tenun, pakaian, tas koja, selendang, batik, samping dan golok.

Produk kerajinan tersebut memiliki nilai seni tradisional karena bahan bakunya terbuat dari alam.

Ia mencontohkan, produk tas koja terbuat dari akar pepohonan yang ada di hutan kawasan Baduy.

Begitu pula cendera mata gantungan kunci terbuat dari tempurung kelapa, tali ikat tangan dari pohon teurep juga miniatur alat rumah tangga.

Harga produk Baduy, seperti kain tenun Rp65.000, baju Rp70.000, selendang Rp250.000, tas koja Rp25.000, kopiah Rp15.000, golok Rp300.000, pernak-pernik dari harga Rp15.000 hingga Rp25.000.

Selain itu, juga produk minuman jahe gula aren dijual Rp30.000 per botol dan madu Rp40.000 per botol.

"Saya menilai produk-produk Baduy tidak kalah dengan produk pabrikan, meskipun dikerjakan secara tradisional," katanya.

Jali (55), seorang perajin warga Baduy mengaku dirinya selama sepekan mengikuti pameran KPDT di Kota Tangerang guna memperkenalkan produk masyarakat adat.

Produk yang ditampilkan beraneka jenis cendera mata, pakaian, kaos bertuliskan Baduy, kain tenun, golok, tas koja, selendang, dan ikat kepala.

Selama ini produk Baduy sangat alami dan memiliki keunikan tersendiri karena didominasi warna biru dan hitam, seperti pakaian batik, kain tenun, sarung, salendang, dan tas koja. "Kami berharap produk Baduy diminati pengunjung pada pameran itu," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan pemerintah daerah terus melakukan diversifikasi produk-produk kerajinan Baduy dengan memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para perajin.

"Diversifikasi produk ini dimaksudkan agar barang kerajinan Baduy lebih menarik dan memiliki pangsa pasar," katanya.

(KR-MSR)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024