Ujian Nasional dinilai penting pertebal nasionalisme bangsa

id tamansiswa UN bangsa

Ujian Nasional dinilai penting pertebal nasionalisme bangsa

Pendopo Agung Tamansiswa (ziarah-visual.blogspot.com)

Jogja (Antara Jogja) - Ketua Umum Majelis Luhur Taman Siswa , Sri Edi Swasono menilai ujian nasional masih menjadi faktor penting untuk menyatukan pola pikir serta mempertebal nasionalisme bangsa Indonesia.

"UN merupakan tuntutan bukan hanya relevan dalam penjaminan mutu. Jangan sampai ada yang berfikiran untuk menghapuskan UN,"katanya saat ditemui usai memimpin upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di kompleks Perguruan Tamansiswa, Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia persoalan distribusi soal UN yang tidak lancar di daerah Indonesia Timur kemarin, tidak tepat apabila serta merta dikaitkan dengan kelayakan substansi UN.

"Persoalan (distribusi soal UN) kemarin itu kan soal logistik saja yang tidak beres, jadi keliru apabila kemudian disikapi dengan penghapusan UN. Masyarakat jangan latah," katanya Sri Edi Swasono yang juga Guru Besar Universitas Indonesia (UI) ini.

Ia mengaku sependapat dengan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh yang hingga saat ini masih bersikukuh mempertahankan UN sebagai standardisasi mutu bangsa.

Lebih dari itu, ia menjelaskan, bahwa konsep UN yang merupakan wujud dari sentralisasi pendidikan bahkan tetap dipertahankan di negara Malaysia yang notabene merupakan negara federal.

"Negara Malaysia saja yang merupakan negara federal masih tetap memberlakukan konsep UN sebagai cerminan setralisasi penidikan dengan tujuan standardisasi mutu dan pola pikir bangsanya, apalagi Indonesia,"katanya.

Ia mengatakan selain sebagai standardisasi mutu, UN juga memiliki fungsi yang lebih penting yakni sebagai wahana untuk mempertahankan kebinekaan.

"Yang lebih penting dari fungsi UN adalah memunculkan pola pikir bahwa kita itu bukan hanya bineka tapi juga yang tunggal ika,"katanya.

Meski demikian, terlepas dari fungsi memperkuat nasionalisme bangsa, UN, menurut dia, memang masih terdapat kelemahan terkait mata pelajaran yang diujikan.

"Jika yang diujikan matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia saja maka orientasinya cenderung mencetak kuli di negeri sendiri. Sebab siswa juga harus memahami betul sejarah peradaban bangsanya,"katanya.
(KR-LQH)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024