Menteri Kelautan: manfaatkan potensi lonjakan pemintaan patin

id menteri kelautan: manfaatkan

Menteri Kelautan: manfaatkan potensi lonjakan pemintaan patin

Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo (Foto antaranews.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengingatkan pembudidaya komoditas ikan patin di berbagai daerah guna memanfaatkan potensi melonjaknya permintaan ikan tersebut baik dari domestik maupun internasional.

"Kebutuhan ikan patin terus meningkat tajam. Bahkan untuk kebutuhan perhotelan dan restoran mencapai 100 ton per bulan," kata Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan ikan patin sebagai komoditas unggulan program percepatan industrialisasi serta terus mendorong dan memacu produksi patin.

Ia mengungkapkan, KKP menargetkan produksi patin tahun 2014 sebesar 117.840 ton atau naik dua kali lipat dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 61.125 ton.

Untuk mendukung produksi fillet patin, KKP juga telah membangun Unit Pengolahan Ikan Fillet Patin di Jambi, Riau, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur.

"Melalui pengembangan industri pengolahan ikan filet patin ini akan berdampak pada penyerapan hasil produksi budidaya ikan patin," katanya.

Menurut Sharif, pola tersebut bakal mampu mendukung penyerapan tenaga kerja dan menciptakan industri perikanan yang efisien sehingga mempunyai daya saing, baik di dalam maupun di luar negeri.

Ia berpendapat, untuk meningkatkan kualitas patin, KKP telah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi budidaya dan pascapanen agar mutu ikan patin lokal dapat memiliki kualitas yang sama dengan ikan patin impor.

"Ikan patin dari negara Vietnam dengan kualitas bagus dan harga murah ini tentu menjadi ancaman serius bagi ikan patin lokal. Apabila impor ikan patin terus-menerus dibiarkan, ikan patin lokal akan tidak memiliki daya saing," ucap Sharif.

Menteri menjelaskan pihaknya juga telah mengendalikan impor produk ikan filet patin agar industri ikan patin lokal menjadi bergairah.

Selain itu, kebijakan tersebut juga diharapkan bisa mengubah segmentasi pasar ikan patin yang selama ini diisi patin impor agar dapat dipasok para pembudidaya dan industri pengolahan ikan filet patin dalam negeri.

Tidak hanya ikan patin, produksi ikan tuna Indonesia ternyata juga dilaporkan mencapai sekitar 30 persen dari potensi produksi ikan tuna secara global sehingga keanggotaan Indonesia di organisasi internasional dunia dinilai akan bermanfaat.

"Indonesia sendiri berkepentingan menjadi anggota WCPFC (Komisi Perikanan Wilayah Pasifik Barat dan Tengah) mengingat kontribusi data produksi tuna Indonesia mencapai 30 persen dari seluruh produksi negara pihak WCPFC," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Rabu (19/3).

Sharif memaparkan, total produksi tuna diperkirakan mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai yang mencapai Rp6,3 triliun per tahun.

Apalagi, ujar dia, Indonesia memiliki keunggulan geografis yang diapit dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik membuat Indonesia menjadi negara penting bagi perikanan tuna global.

(M040)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024