Disbudpar : tata rias tradisional pupuk budaya "Jogja"

id pengantin

Disbudpar : tata rias tradisional pupuk budaya "Jogja"

ilustrasi (Foto ANTARA/doc)

Sleman (Antara Jogja) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyambut positif keberadaan salon kecantikan dan sanggar-sanggar rias pengantin tradisional "Jogja" yang tumbuh di wilayah setempat.

"Keberadaan mereka secara langsung telah menjadi propaganda positif terhadap upaya pelestarian produk budaya luhur Keraton Yogyakarta," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ayu Laksmidewi, Jumat.

Menurut dia, meningkatnya minat calon pengantin untuk dirias secara tradisional gaya "Jogja" terutama "Paes Ageng" memberikan sisi postif bagi pengembangan dan pelestarian Budaya Yogyakarta, termasuk. Sleman di dalamnya.

"Ini menunjukkan adanya pemahaman tentang nilai-nilai luhur budaya di balik rangkaian `Paes Ageng` dengan dukungan teknologi kecantikan sehingga mampu menjanjikan hasil riasan yang indah," katanya.

Selain itu, kata dia, riasan Paes Ageng sebagai media kaum muda atau calon pengantin untuk memupuk� kebanggaan terhadap budaya Yogyakarta di tengah tawaran rias pengantin versi lainnya.

"Paes Ageng dapat menjadi media pembelajaran dan memupuk rasa handarbeni terhadap budaya Jawa di tengah arus globalisasi. Dengan begitu sekaligus akan dapat memperkuat jati diri insan Yogyakarta yang Istimewa," katanya.

Ia mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah perias pengantin tradisional Paes Ageng tercatat cukup menggembirakan di wilayah Sleman. Berjumlah lebih kurang 60 perias yang tergabung dalam DPC Harpi Melati Kabupaten Sleman, di samping ada beberapa perias secara individu.

"Disbudpar Kabupaten Sleman sebagai institusi pembina mengimbau agar dalam menjalankan usahanya para perias melengkapi dirinya dengan Izin Usaha Pariwisata yang dapat diurus dengan mudah di kantor Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sleman," katanya.

Ayu mengatakan agar setiap perias mampu menjaga nilai-nilai tradisional yang tersirat dari tata rias tersebut. Baik dari pakem riasan maupun materi bahan yang digunakannya.

"Di tengah gempuran tren tata rias pengantin versi modern, keberadaan gaya rias tradisional Yogyakarta terutama `Paes Ageng` ternyata tetap mampu bertahan, bahkan semakin banyak diminati masyarakat," katanya.
V001
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024