Disbudpar Sleman gencar promosi Sentra Kuliner Belut

id sentra kuliner belut

Disbudpar Sleman gencar promosi Sentra Kuliner Belut

Rempeyek belut Proses penggorengan rempekyek belut di kawasan industri rempeyek belut Jetis, Sidoagung, ,Godean, Sleman, Yogyakarta, Jumat (17/4). Saat ini pengrajin rempekyek belut mengaku terkendala bahan baku menyusul kelangkaan belut sawah akibat

Sleman (Antara Jogja) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta gencar mempromosikan detibasi wisata sentra kuliner belut di Godean untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di pusat berbagai olahan belut tersebut.

"Kami terus melakukan promosi sentra kuliner belut Godean melalui berbagai media dan dialog wisata. Ini kami lakukan untuk mengenalkan dan meningkatkan kunjungan ke destinasi wisata yang baru dibuka beberapa tahun lalu tersebut," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Ayu Laksmidewi, di Sleman, Minggu.

Menurut dia, diakui masih banyak sejumlah pekerjaan rumah untuk mengembangkan sentra kuliner belut Godean.

"Kami sudah mengupayakan berbagai promosi. Ke depan akan dipikirkan solusi untuk menarik wisatawan atau pembeli di sentra kulinert belut Godean," ujarnya.

Sementara itu pedagang di sentra kuliner belut Godean Sleman mengeluhkan penurunan pendapatan pada lebaran tahun in karena sepinya kunjungan wisatawan.

"Sepinya kunjungan wisatawan atau pembeli menyebabkan penurunan omzet penjualan selama liburan lebaran hingga 50 persen," kata salah seorang pedagang di sentar kuliner belut Godean Mudiyati.

Menurut dia, saat liburan lebaran tahun sebelumnya penjualan perhari bisa mencapai dua kuintal keripik belut, namun tahun ini maksimal hanya satu kuintal keripik belut yang terjual.

"Pendapatan penjualan per hari tahun ini berkisar Rp11 juta juta. Kalau lebaran lalu bisa mencapai Rp20 juta," ucapnya.

Ia mengatakan, pada lebaran tahun lalu dalam seminggu libur lebaran stok keripik belut sudah habis. Kali ini, seminggu lebaran masih bersisa.

"Belum lagi, harga bahan bakunya juga lebih mahal dari tahun kemarin. Harga bahan pokok belut yang didatangkan dari Lumajang, Jawa Timur, sudah naik sejak sebelum Lebaran dari Rp58.000 hingga Rp60.000 menjadi Rp75.000," tuturnya.

Menurut dia, pemburu oleh-oleh khas keripik belut pun tahun ini terbilang lebih berhemat. Penjualan maksimal dari seorang pembeli maksimal 10 kilogram.

"Padahal, di tahun-tahun sebelumnya pembeli bisa memborong sampai 20 kilogram," imbuhnya.

Pedagang lainnya Rani, mengatakan, rata-rata pembeli hanya mengambil dua kilogram keripik saja. Per hari dirinya mengantongi penjualan kurang dari satu kuintal.

"Kami tidak mengetahui pasti mengapa penurunan ini bisa terjadi," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Mamiek
COPYRIGHT © ANTARA 2024