Yogyakarta, (Antara Jogja) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Istiamewa Yogyakarta akan menggelar operasi pasar bawang putih untuk menekan harga komoditas itu yang masih melambung tinggi di pasaran.
"Mudah-mudahan dengan operasi pasar (OP), harga bawang putih bisa menurun kembali," kata Ketua III TPID DIY Budi Hanoto di Gedong Pracimosono, Kepatihan Yogyakarta, Jumat.
Menurut Budi, OP bawang putih akan digelar bersama Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre DIY, serta Disperindag DIY di Pasar Bringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Demangan, Kota Yogyakarta sebelum Lebaran 2017.
Ia mengatakan jenis bawang putih yang akan dijual dalam OP adalah bawang putih sincau sebab sumber pasokannya lebih mudah diakses.
Saat ini, menurut dia, untuk OP sudah tersedia 6 ton bawang putih sincau di Bulog Divre DIY.
"Sebelumnya hanya ada persediaan satu ton di DIY, namun akhirnya mendapat tambahan 5 ton dari Bulog Surabaya," kata Budi yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta.
Berdasarkan pantauan TPID DIY pada 12-15 Juni 2017 di lima kabupaten/kota, setelah dua pekan bulan puasa, harga bawang putih kating terus melonjak.
Posisi terakhir, harga komoditas itu Rp60.000-Rp75.000 per kg, jauh dari harga normal Rp35.000 per kg.
Oleh sebab itu, Budi mengatakan untuk menekan harga di pasaran pada OP mendatang, bawan putih sincau akan dijual Rp35.000 per kg.
Budi menilai selain disebabkan kelangkaan stok karena hasil panen yang rendah dari negara pengekspor seperti India dan Tiongkok, lonjakan harga bawang putih kating itu dipicu adanya praktik curang yang dilakukan importir bawang putih di Semarang, Jawa Tengah.`
Praktik curang itu, berdasarkan informasi, saat ini ditangani Polda DIY. "Satgas Pangan Polda DIY juga akan menyelidiki gangguan tata niaga bawang putih di Wilayah DIY," kata dia.
Sekretaris TPID DIY Sugeng Purwanto mengatakan tingginya permintaan terhadap bawang putih kating saat ini disebabkan kebanyakan masyarakat yang lebih menyukai bawang jenis itu dibanding bawang sincau.
Padahal kualitas bawang putih sincau tidak lebih buruk dari kating. "Oleh sebab itu kami juga akan mengedukasi masyarakat agar tidak membedakan kating dan sincau," kata dia.
(T.L007)
Berita Lainnya
Sri Sultan HB X optimistis kabupaten/kota mampu kelola sampah mandiri
Rabu, 8 Mei 2024 0:05 Wib
Masyarakat DIY diimbau panen air hujan antisipasi kekeringan
Rabu, 8 Mei 2024 0:04 Wib
Komisi A DPRD DIY dukung pemda tingkatkan anggaran kampung tangguh bencana
Selasa, 7 Mei 2024 12:12 Wib
Kendalikan harga, Disperindag DIY menggelar pasar murah di Banyuroto
Selasa, 7 Mei 2024 0:03 Wib
Kemenag memastikan calon haji DIY berangkat lewat Bandara Adi Soemarmo
Senin, 6 Mei 2024 20:19 Wib
Pemda DIY sayangkan pembuangan sampah di bekas tambang di Gunungkidul
Senin, 6 Mei 2024 16:56 Wib
Dinkes melakukan penyelidikan epidemiologi di wilayah kasus DBD tinggi
Minggu, 5 Mei 2024 17:23 Wib
Pemda mengusulkan 2.944 formasi kebutuhan ASN DIY pada 2024
Minggu, 5 Mei 2024 6:36 Wib