Bantul (Antaranews Jogja) - Kebutuhan ikan untuk memenuhi warung-warung kuliner ikan di kawasan Pantai Depok Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata mencapai sekitar 300 ton per tahun.
"Perkiraan kebutuhan ikan selama setahun untuk memasok semua warung kuliner di Pantai Depok itu sebanyak 300 ton," kata Ketua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari 45 Pantai Depok, Tarmanto di Bantul, Jumat.
Menurut dia, kebutuhan ikan laut segar sebagai bahan baku pemilik warung kuliner di Depok itu sebagian besar didatangkan dari pantai luar DIY, sebab hasil tangkapan ikan nelayan setempat tidak mampu mencukupi kebutuhan.
"Kebanyakan mengambil dari wilayah Pantura (pantai utara), karena hasil tangkapan ikan nelayan yang masuk TPI Depok tahun kemarin (2017) sekitar 160 ton, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan," katanya.
Bahkan, Tarmanto yang juga nelayan Pantai Depok ini mengatakan, hasil tangkapan ikan nelayan Depok dan sekitarnya tidak sepenuhnya diserap warung kuliner setempat, melainkan dibawa ke luar daerah yang membutuhkan.
Ia mengatakan, sebab jenis ikan tangkapan nelayan Pantai Depok justru tidak diminati wisatawan lokal, sedangkan jenis ikan yang diminati wisatawan hampir semua dari wilayah pantura karena harganya menjangkau.
"Ikan dari Depok justru banyak dikirim ke luar seperti layur, bahkan bawal putih itu diekspor. Yang keluar itu sekitar 40 persen, sementara sisanya untuk lokal," kata Tarmanto yang juga pemilik warung kuliner Depok ini.
Menurut dia, saat ini di wilayah Pantai Depok pantai di sebelah barat Parangtritis yang dikenal dengan kuliner ikan tersebut terdapat sebanyak 98 warung kuliner ikan yang berjajar di wilayah pantai itu.
"Kalau kebutuhan ikan per warung tidak mesti setiap harinya, namun kalau pas liburan akhir pekan atau libur nasional kebutuhannya sangat banyak, bisa mencapai beberapa ton ikan per harinya," katanya.
Tarmanto juga mengatakan, hasil tangkapan ikan nelayan Pantai Depok saat ini lebih didominasi bawal putih yang harganya sedang tinggi yaitu hingga Rp350 ribu per kilogram, yang kemudian diekspor ke luar negeri.***1***
(T.KR-HRI)
