Dinas anjurkan petani tanam padi varietas Inpari

id Padi

Dinas anjurkan petani tanam padi varietas Inpari

Ilustrasi padi (Foto Antara)

Bantul (Antaranews Jogja) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menganjurkan para petani di daerah ini untuk menanam padi varieras Inpari 23 agar tidak mudah roboh terserang penyakit.

"Varietas Inpari 23 itu varietas baru yang memang lebih tahan untuk patah `leher` (batang padi), makanya kami sudah menganjurkan agar ditanam," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Jumat.

Menurut dia, anjuran tanam padi varietas Inpari 23 itu agar tanaman padi pada fase pembungaan tidak terserang penyakit yang berakibat patah leher dan kemudian roboh yang berpotensi memengaruhi produksi panen.

Meski demikian, pihaknya belum memastikan apakah robohnya tanaman padi di sejumlah lokasi hamparan sawah di Bantul karena penyakit patah leher atau karena terkena angin, karena memang masih banyak petani menaman varietas IR 64.

"Kan masih banyak petani kita itu senang menanam padi varietas IR 64, karena disamping bulirnya banyak, juga rasanya lebih lebih enak, padahal enak dan tidaknya itu tergantung segar dan tidaknya," katanya.

Ketika ditanya apakah robohnya padi berpengaruh pada produksi panen, Ia mengatakan, kalau robohnya karena bekteri atau penyakit tentu bisa pengaruh baik hasil maupun kualitas panen, namun kalau karena angin tidak masalah.

"Dan biasanya kalau sudah mau panen itu kadang roboh kena angin, karena istilahnya sudah ketinggian dan anginnya besar, itu tidak pengaruh. Tapi kalau robohnya karena bakteri itu pengaruh dan memang itu menyerang pada varietas tidak tahan patah leher," katanya.

Pulung juga mengatakan, petani atau pemilik sawah yang tanamannya roboh kena angin tidak perlu mencemaskan dan tidak perlu segera memanen, karena tidak terlalu berisiko, berbeda ketika karena penyakit yang butuh perlakuan khusus.

"Saya kira kalau karena angin tidak apa-apa, justru kalau yang tergenang pada saat sudah berisi atau pada fase pembungaan itu risiko, karena hasilnya tidak maksimal, tapi kalau pada masa pertumbuhan atau usia dua-tiga minggu tidak apa-apa," katanya.


 
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024