Wamenlu politik bebas aktif Indonesia terus dipertahankan

id Mohammad Fachir

Wamenlu politik bebas aktif Indonesia terus dipertahankan

Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir (foto kemlu.go.id)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir mengatakan bahwa politik luar negeri bebas aktif Indonesia sudah teruji dan harus terus dipertahankan meski situasi global akan berubah pada 2045.
   
"Politik luar negeri bebas aktif Indonesia tidak akan berubah. Indonesia harus terus berprinsip bebas aktif dengan selalu menjadi bagian dari solusi dan mengedepankan pendekatan 'win-win'," kata Fachir saat memberikan pidato kunci dalam acara "Konvensi Meninjau 70 Tahun Politik Bebas Aktif Indonesia" di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu.
   
Menurut Fachir, rakyat Indonesia harus berbangga karena politik bebas aktif Indonesia terbukti mampu beradaptasi dan bertahan dalam setiap dekade serta teruji mampu menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan zaman hingga saat ini.
    
"Oleh sebab itu politik luar negeri bebas aktif ini harus didukung oleh masyarakat," kata dia.
   
Kendati demikian, ia megatakan kosep politik bebas aktif harus disesuaikan dengan dinamika situasi global pada 2045 di mana peta kekuatan ekonomi dunia akan bergeser ke Asia.    
 
Empat dari lima negara dengan ekonomi terbesar dunia, kata dia, akan berada di Asia yakni China, India, Indonesia, dan Jepang. "Indonesia telah menjadi global power dengan tanggung jawab yang semakin besar," kata dia.
   
Ia berharap para peserta konvesi di UGM tersebut mampu mengembangkan konsep politik bebas aktif dalam tataran akademis sehingga diharapkan dapat menjadi sumbangan penting kekayaan intelektual Indonesia dalam hubungan internasional.
   
Untuk menjalankan politik bebas aktif, menurut Fachir, Indonesia telah memiliki modal besar sebagai daya tawar dalam hubungan internasional. Modal tersebut antara lain predikat Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, serta dikenal mampu merangkai keragaman lebih dari 700 suku dengan 340 bahasa daerah yang berbeda.
   
"Kita harus berterima kasih kepada para pendiri bangsa yang telah menganugerahkan Pancasila sehingga mamapu merangkai keberagaman," kata Fachir.