Penyerapan anggaran program "Nglarisi" di Kota Yogyakarta terdampak COVID-19

id Nglarisi,jamuan,makan dan minum,yogyakarta

Penyerapan anggaran program "Nglarisi" di Kota Yogyakarta terdampak COVID-19

Ilustrasi pelaksanaan kurasi produk makanan dan minuman dari kelompok kuliner warga yang tergabung dalam program Nglarisi oleh chef hotel (Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Penyerapan anggaran program Nglarisi yaitu pembentukan kelompok kuliner di masyarakat untuk penyediaan jamuan makan minum pada berbagai kegiatan yang digelar organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta menjadi salah satu program yang terdampak pandemi COVID-19.

“Karena banyak kegiatan pertemuan atau pengumpulan massa yang dibatalkan dan banyak rapat yang kemudian digelar secara daring melalui teleconference, maka mau tidak mau akan berpengaruh pada jamuan makan dan minum. Artinya, banyak anggaran yang kemudian tidak terserap,” kata Kepala Bagian Pengendalian dan Pembangunan Kota Yogyakarta Wahyu Handoyo di Yogyakarta, Selasa.

Program Nglarisi adalah bagian dari Gerakan Gandeng Gendong dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui program tersebut, masyarakat membentuk kelompok kuliner yang didalamnya beranggotakan warga dari keluarga miskin. Kelompok kuliner tersebut menyediakan jamuan makan dan minum untuk berbagai kegiatan yang digelar Pemerintah Kota Yogyakarta.

Hingga saat ini, tercatat sudah ada 219 kelompok kuliner penyedia jamuan makan dan minum yang tergabung dalam program Nglarisi yang diharapkan mampu menyerap anggaran makan minum sebesar Rp40 miliar dalam APBD Kota Yogyakarta 2020.

Namun demikian, lanjut Wahyu, sejak wabah COVID-19 meluas ke berbagai daerah di Indonesia dan Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan kebijakan mengenai pembatasan kegiatan yang dilakukan secara tatap muka atau pengumpulan massa dalam jumlah banyak, maka pembelian jamuan makan dan minum dari kelompok Nglarisi pun berkurang.

Menurut dia, kecenderungan penurunan penyerapan anggaran makan minum melalui program Nglarisi sudah terjadi sejak pertengahan Maret, meskipun realisasi pembelian jamuan makan dan minum di awal tahun sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Pada Januari, realisasi penyerapan anggaran dari Program Nglarisi mencapai Rp668 juta dan meningkat menjadi sekitar Rp1,3 miliar pada Februari dan pada Maret tercatat Rp1,15 miliar.

“Sebenarnya sudah cukup bagus, tetapi pada bulan ini banyak sekali kegiatan seperti pelatihan, sosialisasi, FGD dan kegiatan lain yang ditiadakan. Otomatis, penyerapan anggaran pun berkurang banyak,” katanya.

Berbagai OPD di Kota Yogyakarta, lanjut Wahyu kemudian melakukan realokasi dan “refocusing“ anggaran jamuan makan dan minum untuk mendukung upaya penanganan COVID-19, khususnya anggaran hingga Juni dan dimungkinkan akan dilakukan hingga penyusunan anggaran perubahan 2020.

“Tidak hanya untuk penanganan COVID-19 saja, tetapi juga kebutuhan recovery yang harus dilakukan saat pandemi ini berakhir karena banyak sektor yang terpengaruh,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Wahyu, dimungkinkan akan dilakukan pembatasan pembentukan kelompok di kelurahan. “Kami akan optimaliasi dulu dengan kelompok yang sudah terbentuk karena belum semua kelompok ini memperoleh pesanan,” katanya.

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024