Antisipasi El Nino, petani diminta padi diganti pajale

id musim kemarau,tanaman tahan kekeringan,el nino, brin

Antisipasi El Nino,  petani diminta padi diganti pajale

Warga menggembala kambing di dasar Waduk Botok yang mengering di desa Mojodoyong, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (30/8/2023). Kondisi waduk tersebut mulai mengering akibat musim kemarau dan mengancam sekitar 2.488 hektare sawah pertanian di 13 desa yang menjadi daerah irigasi Waduk Botok. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menyarankan petani untuk mengganti tanaman padi yang biasa ditanam menjadi padi gogo, jagung, dan kedelai (pajale) sebagai bentuk antisipasi menghadapi dampak El Nino.

"Bila sampai akhir tahun ini tanda-tanda turun hujan masih jauh, maka saya lebih memilih untuk mengganti tanaman yang tadinya padi menjadi pajale," ujarnya dalam bincang sains yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Eddy menuturkan tanaman pajale cukup kuat terhadap kondisi kering akibat berkurangnya pasokan air.

BRIN juga mengkaji penanaman padi pada tanah gambut agar mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, opsi itu masih harus diperhitungkan dari berbagai aspek.

Dia memprediksi kondisi El Nino yang memicu kemarau panjang selama hampir setahun bakal meningkatkan kuota impor pangan Indonesia.

"El Nino mulai bulan Mei 2023 dan mencapai puncak pada akhir November atau awal Desember. Kalau itu merupakan siklus yang sempurna, maka kembali normal atau netral pada akhir Maret, April, dan Mei 2024. Jadi, sekitar hampir satu tahun," kata Eddy.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN sarankan petani ganti padi jadi pajale untuk antisipasi El Nino
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024