Pelajar kelas X rentan jadi korban tawuran

id korban tawuran pelajar

Pelajar kelas X rentan jadi korban tawuran

ilustrasi pelajar SMA (antaranews.com)

Yogyakarta, 12/12 (ANTARA) - Pelajar Kelas X SMA atau sederajat dinilai memiliki kerentanan lebih tinggi dibanding pelajar kelas XI atau XII untuk menjadi korban kekerasan antarpelajar sehingga diperlukan antisipasi dari sekolah maupun keluarga.

"Dari berbagai kasus yang pernah terjadi, sebagian besar korban kekerasan atau kenakalan antarpelajar adalah siswa yang masih duduk di bangku kelas X SMA atau sederajat," kata Kepala Seksi Pengembangan dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Wisnu Sanjaya di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena biasanya siswa yang baru masuk bangku SMA atau sederajat berada dalam masa-masa peralihan sehingga rawan menjadi korban atau bahkan terkadang pelaku kenakalan.

"Di beberapa sekolah, sudah ada program untuk merangkul siswa kelas X agar tidak terjebak dalam berbagai tindakan dan perilaku negatif," katanya.

Dalam beberapa kasus kenakalan atau tawuran antar pelajar, pelaku dan korban adalah siswa yang berasal dari luar kota.

Ia mengatakan, Dinas Pendidikan sudah melakukan sejumlah upaya preventif untuk mencegah agar tidak lagi terjadi tawuran atau kenakalan antarpelajar.

Di sekolah, lanjut dia, juga sudah ada tata tertib dan peraturan sekolah yang wajib ditaati oleh seluruh siswa. Dalam aturan tersebut, siswa yang telah melakukan pelanggaran tata tertib secara berat bisa dikeluarkan dari sekolah.

"Terkadang, kasus tawuran tersebut terjadi di luar jam sekolah. Ini yang merepotkan. Tanggung jawab pendidikan tidak hanya ada di Dinas Pendidikan dan sekolah, melainkan juga di masyarakat," katanya.

Mengenai kasus kematian salah seorang pelajar SMK Negeri 3 Yogyakarta Harju Pambudi (17) yang diduga disebabkan oleh mercon, Selasa (11/12), Wisnu mengatakan tidak bisa berkomentar banyak karena lokasi kejadian berada di luar Kota Yogyakarta.

"Kami masih menunggu hasil penyelidikan dari kepolisian. Jika memang penyebabnya adalah kenakalan antarpelajar, kami akan mempertemukan kedua sekolah," katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono mengatakan sangat prihatin atas kejadian yang menimpa pelajar Kota Yogyakarta tersebut.

"Pembinaan kepada siswa sudah sering dilakukan. Yang paling penting ditanamkan kepada siwa agar hal-hal seperti itu tidak kembali terulang adalah penanaman jiwa spiritual tidak melakukan tindakan negatif," katanya.

Misalnya, lanjut dia, dengan menulis pernyataan tidak melakukan tindakan negatif secara berulang dan terus menerus sembari ditanamkan jiwa spiritual hingga tertanam dengan baik di hati dan pikiran para siswa.

"Sekolah, orang tua dan masyarakat juga harus ikut melakukan pengawasan," katanya.

(E013)