Kulon Progo dinilai tidak memiliki identitas khusus

id gula semut

Kulon Progo dinilai tidak memiliki identitas khusus

Kulon Progo, dinilai perlu memiliki identitas khusus untuk membangun ekonomi. Hal tersebut dilontarkan oleh pembidara Brotoseno dalam acara Temu Pengusaha"Pengembangan Pasar Domestik Produk Unggulan Gula Semut Kulon Progo". (Foto ANTARA/Mamiek)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dinilai tidak memiliki identitas khusus dalam mengembangkan dan membangun wilayah setempat supaya tidak tertinggal dengan daerah lain.

Pengusaha asal Kulon Progo sekaligus motivator Brotoseno di Kulon Progo, Selasa, mengatakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat, Pemkab Kulon Progo harus berani menciptakan identitas diri yang berbeda dengan lainnya.

"Kulon Progo dengan Klaten (Jawa Tengah) memiliki karakteristik yang sama, tapi Klaten sekarang jauh lebih maju atau menjadi Jepangnya Jawa Tengah, karena mampu membuat identitas diri yang menjadi semangat dalam membangun masyarakat baik sektor perekonomian hingga sosial," kata Brotoseno dalam acara "Pengembangan Pasar Domestik Produk Unggulan Gula Semut Kulon Progo".

Ia menyayangkan, Pemkab Kulon Progo mencitrakan diri sebagai "Kota Gebleg" dan "Batik Gebleg Renteng".

Menurut dia, pencitraan ini sangat kurang bagus, karena bahan bakunya bukan dari Kulon Progo dan tidak dapat diproduksi di Kulon Progo.

"Sejak dulu, kami mengusulkan Pemkab Kulon Progo mencitrakan diri sebagai "Kota Gula Semut" yang banyak dijumpai di tengah masyarakat, tapi tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah. Sekarang malah mencitrakan diri sebagai "Kota Geblek", Kulon Progo ini "gebleg" (bodoh)," katanya.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan harga gula semut lambat laun semakin naik hingga tahun ini. Harga gula semut pada 2007 hanya Rp9.000 per kilogram (kg) hingga Rp10.000/kg, dan pada 2008 naik menjadi Rp 13.000/kg, 2009 naik lagi menjadi Rp17.000/kg dan saat ini Rp21.000/kg.

Tingginya harga gula semut secara tidak langsung berimbas menaikkan harga gula cetak di tingkat petani yang semula hanya Rp5.000 per kg, sekarang mencapai Rp12.000/kg.

Ia mengatakan, gula semut produk Kulon Progo merupakan gula semut yang diproduksi secara organik, dari proses budidaya tanaman, perawatan sampai dengan diproses menjadi gula semut tidak melalui proses dan menggunakan bahan kimia.

"Semua dilakukan dengan cara organik sehingga kualitas gula semut di Kulon Progo terbaik dari semua gula semut yang ada di dunia. Produk tersebut telah mendapatkan pengakuan dunia dengan dikeluarkannya sertifikat organik oleh "control union" untuk produk gula semut Kulon Progo," katanya.

(KR-STR)