Dinkes Kulon Progo imbau masyarakat waspadai leptospirosis

id leptospirosis

Dinkes Kulon Progo imbau masyarakat waspadai leptospirosis

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit leptospirosis karena di Kecamatan Girimulyo ditemukan 19 kasus penyakit itu.

Kepala Puskesmas Girimulyo II Isti Alfradiantina di Kulon Progo, Jumat, mengatakan dari Januari 2016-26 Maret 2016, Puskesmas Girimulyo II telah merawat 19 penderita leptospirosis.

"Penderita leptospirosis berasal dari Pedukuhan Kembang dan Pedukuhan Gunung Kelir," kata Isti.

Ia mengatakan Kecamatan Girimulyo sampai saat ini bukan daerah endemis demam berdarah dengue (DBD), jadi trombosit yang turun tetap dijadikan kasus terduga (suspect) leptospirosis.

Menurut dia, proses penyakit leptospirosis memiliki dua puncak sakit seperti DBD, yakni penderita yang kontrol rawat jalan pascarawat inap di puskesmas empat hari merasa belum sehat. Saat dicek laboratorium ulang hasil urine mengandung bakteri dan tes antibodi leptospirosis positif sehingga pengobatan diperpanjang.

"Setelah dirawat secara intensif, penderita mulai sehat dan aktif lagi," katanya.

Isti mengatakan ciri-ciri penyakit leptospirosis biasanya penderita nyeri kepala, demam, menggigil, mual sampai muntah, kulit kemerahan, mata kemerahan, mata kekuningan, nyeri otot.

Riwayat penderita setelah menerobos genangan air hujan, bekerja dengan atau di dekat air sungai atau bersih-bersih gudang atau belukar yang mungkin ada limbah tikus ataupun manusia yang terjangkit leptospirosis dengan atau tanpa menjadi sakit.

"Pada pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan jumlah trombosit turun bisa pada awal sakit sampai pada fase bahaya pertama dan pada pemeriksaan urine dengan mikroskop ditemukan kristal menyerupai batang. Secara kasat mata urine berwarna keruh (fase awal), kemerahan (fase awal biasanya bersama trombosit yang turun) sampai kehitaman (fase bahaya ke-2)," kata dia.

Perlu diketahui pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis leptospirosis sering tidak positif di awal sakit karena antibodi perlawanan seringkali belum muncul, sehingga puskesmas akhirnya memeriksa tes leptospirosis setelah dua minggu sejak pasien dipulangkan.

"Tes leptospirosis yang positif tidak berhubungan dengan penularan lewat air kemih penderita. Justru fase awal lah yang urinnya mengandung bakteri dan sering terabaikan," kata Isti.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk setop buang air besar dan air kecil sembarangan, pastikan selalu mempergunakan jamban sehat, sebisanya hindari kontak dengan genangan air kotor atau air sungai, dan segera berobat ke puskesmas demi mendapat penanganan sedini mungkin.

"Bahaya bila terabaikan perdarahan paru pada fase awal dan gagal ginjal. Serta, ingatkan keluarga dan sekitar atas bahaya penyakit ini, waspada bukan menjadi resah," imbaunya.

(KR-STR)