Disdag Kulon Progo segera sosialisasi HET beras

id Beras

Disdag Kulon Progo segera sosialisasi HET beras

ilustrasi beras (antaranews.com)

Kulon Progo, (Antara Jogja) - Dinas Perdagangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera melakukan sosialisasi Harga Eceran Tertinggi beras yang ditetapkan Kementerian Perdagangan seiring melabungnya harga beras dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Dinas Perdagangan Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Rabu, mengatakan dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang Bulog DIY dan pedagang beras hingga pengusaha penggilingan untuk mensosialisasikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras.

"Secara resmi, kami belum melakukan sosialisasi kepada pedagang maupun kepada pengusaha penggilingan padi. Tetapi secara informal, kami sudah memberikan informasi tersebut kepada mereka," katanya.

Niken mengatakan pedagang beras dan pengusaha penggilingan padi memang belum menerapkan HET yang ditetapkan Kementerian Perdagangan. Mereka mengaku takut ditangkap Satgas Pangan ketika menjual beras di atas HET.

"Kami akan membahas masalah ini dalam rapat nanti. Namun demikian, ketersediaan beras di Kulon Progo masih mencukupi seiring adanya wilayah yang panen dalam dua bulan ke depan," katanya.

Salah seorang pengusaha penggilangan gabah di Kecamatan Sentolo Yuliyantoro mengaku kesulitan mendapatkan gabah dari petani wilayah ini. Hal ini dikarenakan, petani lebih memilih menyimpan gabah dibanding dijual diwujudkan dalam uang.

Saat ini, kata Yuliyantoro, dirinya membeli beras dari petani untuk kualitas beras medium sebesar Rp8.200 hingga Rp8.500 per kilogram. Ia menjual beras dalam bentuk kemesan dan disetor ke pedagang-pedagang pasar berkisar Rp8.700 hingga Rp9.000 per kg.

Saat ini, harga beras premium ditingkat penggilingan padi berkisar Rp10.500 per kg atau di bawah HET Kemdag sebesar Rp10.850 per kg.

"Kami masih menjual beras medium di bawah HET yang ditetapkan Kementerian Perdagangan (Kemdag) sebesar Rp9.450 per kg," katanya.

Ia mengatakan untuk mendapatkan beras dan gabah di tingkat petani, dirinya harus bersaing dengan pengusaha penggilingan padi lain, dan Bulog. Saat ini, Bulog berani membeli harga gabah dan beras dari petani dengan harga sangat tinggi, khususnya Bulog DIY. Hal ini dikarenakan ada kekosongan beras di tingkat Bulog sebesar 20 ribu ton.

"Kami sangat dilematis dengan adanya kebijakan HET yang ditetapkan Kemdag. Di sisi lain, kami kesulitan mendapat beras dan harga tinggi, tapi di sisi lain kami juga takut ditangkap Satgas Pangan karena menjual beras di atas HET," kata Yuliantoro.

Ia mengatakan harga beras pada September sampai November akan pada posisi stabil tinggi, karena beberapa daerah panen. Kemudian, pada Desember sampai Februari 2018, harga beras akan kembali.

"Kenaikan harga beras ini sudah biasa setiap tahunnya. Hal ini tergantung pemerintah pusat mensikapinya," katanya.***3***


(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024