Dinkes akan giatkan sosialisasi pentingnya pemberian ASI

id ibu menyusui

Dinkes akan giatkan sosialisasi pentingnya pemberian ASI

Ilustrasi, pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) pada bayu usia 0 hingga dua tahun. Hal ini akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi tinggi (Foto antaranews.com)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggiatkan sosialisasi tentang pentingnya pemberian air susu ibu sampai bayi berusia 2 tahun.

Selain itu juga akan disosialisasikan tentang 1.000 hari kehidupan pertama merupakan periode emas, kata Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo Wahyuni Indri Astuti di Kulon Progo, Selasa.

"Tahapan-tahapan pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi yakni ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan, kemudian usia di atas 6 bulan tetap diberikan ASI dan makanan tambahan," katanya.

Ia mengatakan langkah menggiatkan sosialisasi tentang pemberian ASI perlu dilakukan karena tingkat kesadaran perempuan di Kulon Progo duntuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya baru mencapai 58,79 persen.

Ia mengatakan rendahnya prosentase pemberian ASI eksklusif ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terkait manfaat pemberian asi bagi bayi.

"Pemberian ASI eksklusif dengan usia bayi 0-6 bulan sangat penting. Namun, saat ini baru mencapai 58,79 persen. Angka ini masih jauh lebih rendah dari target yang akan dicapai yakni 88 persen," kata Indri.

Menurut Indri, masyarakat yang belum paham betul manfaat ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Salah satu manfaatnya, pemberian ASI eksklusif yakni mampu menurunkan kematian bayi hingga 13 persen.

"Anak yang diberi ASI yang cukup, bisa mengendalikan emosinya," katanya.

Ia mengatakan pemberian ASI sangat penting bagi bayi selama usia dua tahun pertama atau 1.000 hari pertama yang merupakan periode emas pertumbuhan dan berkembang anak.

"Pemberian ASI akan mendukung pertumbuhan sel-sel otak bayi dengan baik, dan bila masa itu terlewatkan maka tidak akan bisa terkejar lagi," kata dia.

Menurut dia, rendahnya pemberian ASI eksklusif berdampak pada tingginya angka gizi buruk di Kulon Progo sebab gizi buruk terjadi karena tiga faktor yakni kemiskinan, penyakit penyerta, dan pola asuh. Sementara, pemberian ASI eksklusif merupakan bentuk pola asuh dari orang tua kepada bayinya.

"Saat ini, gizi buruk di Kulon Progo lebih disebabkan faktor kemiskinan. Untuk mengatasinya harus dilakukan sinergi dalam pengentasan kemiskinan. Seperti bekerja sama dengan Dinsos dan Posdaya," kata dia.

Sebelumnya, Tim Pembina Pos Pemberdayaan Masyarakat (Posdaya) Kulon Progo Sri Harmintarti mengatakan jumlah balita gizi buruk di Kulon Progo mencapai 177 anak dan kurang gizi 2.269 anak. Angka tersebut berdasarkan deteksi tumbuh kembang dini di Posyandu berdasarkan berat badan per umur.

(KR-STR)