Djoko Santoso : pemimpin harus total pikirkan rakyat

id djoko santoso

Djoko Santoso : pemimpin harus total pikirkan rakyat

Djoko Santoso (Foto antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso menegaskan seorang pemimpin harus sudah selesai dengan urusan dirinya sehingga dapat total memikirkan urusan rakyat yang dipimpinnya.

"Pemimpin harus tegas, harus sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri. Selain itu pemimpin juga harus menderita, berkorban dan dikorbankan," kata Djoko Santoso di Sleman, Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, memimpin itu tidak gampang, dan diperlukan pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya sehingga tidak mikir dirinya sendiri, tetapi memikirkan yang dipimpin.

"Seorang pemuda tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, tetapi harus rela berkorban dan dikorban demi yang dipimpinnya," katanya.

Ia mengatakan, saat ini jalan bangsa kita sudah terhuyung, dan tidak lagi lurus.

"Agar tidak goyah maka harus membuat landasan yang kuat untuk berpijak, yakni kembali ke Pancasila," katanya.

Djoko Santoso mengatakan, yang bisa dilakukan saat ini untuk menyelamatkan bangsa ini adalah mengevaluasi apa yang sudah dilalui dan apa yang akan dihadapi.

"Perjalanan bangsa tergantung tiga faktor strategis yakni masalah geologis, geografis dan peradaban bangsa," katanya.

Ia mengatakan, bagaimana saat ini menggagas Indonesia, revitalisasi peradaban menuju Indonesia mutakhir.

"Yang perlu dilakukan adalah menunjang `tri asa`, yaitu adil, sejahtera dan aman. Adil merupakan salah satu elemen demokrasi yakni kesetaraan," katanya.

Bagaimana merevitalisasi peradaban menjadi Indonesia mutakhir, yang tidak lepas dari jati diri bangsa.

"Tidak usah ramai-ramai saling menyalahkan. Duduk bersama berdiskusi dan konsolidasi nasional. Ini menentukan di mana kita sekarang," katanya.

Ia mengatakan, sekarang yang harus dilakukan adalah merancang, menginventarisir apa yang telah dibuat dan apa yang belum di lakukan kemudian merancang jalan menuju kesejahteraan.

"Yang penting kita menjadi satu bangsa, satu bangsa karena perasaan nasib," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024