Kedutaan Prancis di Burkina Faso diserang kelompok bersenjata

id teroris

Kedutaan Prancis di Burkina Faso diserang kelompok bersenjata

Ilustrasi (antaranews.com)

Ouagadougou (Antaranews Jogja/Reuters) - Sekelompok pria bersenjata pada Jumat menyerang markas besar tentara, daerah pusat kota serta Kedutaan Besar Prancis, di ibu kota Burkina Faso.

         Sementara itu, duta besar Prancis untuk Burkina Faso mengatakan ledakan yang terjadi di ibu kota merupakan "serangan teror".

         Belum ada kejelasan soal siapa yang berada di balik kekerasan itu, namun Burkina Faso dan negara-negara lain Afrika Barat telah menjadi sasaran kelompok-kelompok jaringan Al Qaida dan ISIS pada beberapa tahun terakhir ini.

         Sebuah stasiun berita setempat memperlihatkan gambar-gambar asap hitam bermunculan dari sebuah gedung di Ouagadougou Pusat dan seorang koresponden Reuters menyaksikan bahwa sebagian besar orang  berlarian dari jalanan untuk menyelamatkan diri.

         "Serangan sedang berlangsung di Kedutaan Besar Prancis dan Institut Prancis. Tetap sembunyi di tempat Anda berada," kata kedutaan itu di dalam pernyataan yang dimuat di laman Facebook-nya.

         Seorang pejabat Prancis di Paris membenarkan bahwa serangan di kedutaan sedang berlangsung, demikian juga di markas besar tentara Burkina Faso.
  
    Sebuah ledakan mengguncang markas besar tentara dan kemudian suara-suara tembakan terdengar di sekitarnya.

         Seorang saksi mata mengatakan pria-pria dengan memakai ransel penutup wajah menyerang markas tentara itu tak lama sebelum ledakan muncul.
      
    Jean-Marc Chataigner, Duta Besar Prancis untuk Kawasan Sahel, Afrika Barat, mencuit, "Serangan teroris pagi ini di Ouagadougou, Burkina Faso: solidaritas untuk rekan-rekan dan sahabat-sahabat Burkinabe." Ia meminta masyarakat untuk menghindari pusat kota.

         Setelah ledakan besar yang pertama, suara serangkaian ledakan lebih kecil serta suara tembakan muncul dari arah markas besar tentara. Suara tersebut berhenti pada siang hari.

         Kelompok-kelompok gerilyawan fanatik telah membangun benteng lebih kuat di kawasan Sahel Afrika dalam beberapa tahun terakhir ini serta melancarkan serangan di Mali, Burkina Faso, Pantai Gading dan Niger.

         Seorang tersangka anggota milisi menewaskan setidaknya 18 orang pada Agustus lalu dalam penyerangan ke sebuah restoran di Ouagadougou. Kelompok gerilyawan juga telah mengincar pasukan keamanan Burkinabe di sepanjang wilayah perbatasan terpencil dengan Mali di utara.
      
    Kelompok AQIM bersenjata telah menyatakan bertanggung jawab atas serangan ke sebuah restoran dan hotel di Ouagadougou pada Januari 2016 hingga menewaskan 30 orang.

         Tahun lalu, lima negara meluncurkan suatu gugus tugas baru untuk menangani kelompok-kelompok militan di kawasan. Donor-donor internasional telah menjanjikan bantuan senilai setengah miliar dolar untuk mendukung gugus tugas tersebut.